Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik untuk asa tunas muda dunia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berjuang dalam tulisan dengan hati nurani dan menginspirasi Bagi sesama...serta mengetuk relung-relung hati sesama.. 🙏

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Terkelupas

3 Mei 2020   16:13 Diperbarui: 3 Mei 2020   16:16 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Sore ini ku bersepeda.... 

Terhampar sawah luas. .. Pojok watualang.. 

Bau demen basah tercium semangat.. 

Buruhnya.. Yang penuh dengan keluh dan keringat

Bercampur upah dari tuan yang punya sawah.. 

Laju sepeda yang pelan kearah kampung... Sdh seminggu terhampar padi yang menguning 

Seperti emas di jalan.. Mengering.. Di kumpulkan.. 

Mesin pengelupas padi keliling.. 

Mulai.. Ngobrol kapan mau.. 

Di jadikan beras... 

Ada perubahan diri si padi menjadi beras

Harus ada pengorbanan.. 

Berat mulai berkurang... 

Belum lagi harga gabah mulai menurun ketika panen raya... 

Pengorbanan si padi.. 

Sangat berarti.. Untuk menjadikan sebutir beras.. Dan kawan-kawannya.. 

Sisa pengorbanan itu masih sangat berarti... 

Tak ada yang di sia-siakan.. 

Bekatul nya sisa pengorbanan itu masih berguna... 

 

Ada perubahan dalam diri kita 

Yang sia-sia seperti bulir-bulir padi

 kalau menggunakan waktu sebaik-baiknya

Kalau mau berubah.. 

Lepas dari zona nyaman diri.. 

Perubahan tak harus besar.. 

Seperti bulir demi bulir padi

Yang terselesaikan itu.. 

Terkelupas.. 

Dan yang di kelupas masih berguna.. 

Yang terkelupas.. Masih bisa untuk pupuk.. 

Tak ubahnya kita yang mau berkorban untuk sesama.. 

Tak harus mengeluh putus asa.. 

Mudah galau.. 

Itu seperti bulir padi yang tak berisi.. 

Ayo berubah.. Sebelum beruban... 

Karena. Usia... 

Moga yang beruban tak putus asa dan bertahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun