Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keruntuhan Assad, Tak Ada Efeknya Buat Indonesia

21 Desember 2024   16:17 Diperbarui: 21 Desember 2024   16:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa warga Indonesia mengaku gembira saat Basyar Hafiz al- Assad tumbang di Suriah. Presiden Suriah itu diketahui telah memperoleh suaka politik di Rusia, setelah pemerintahannya menyerah terhadap milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) yang merebut kekuasaan atas Suriah dari Presiden Assad. Kita tahu Assad (dan keluarganya) telah memerintah wilayah itu selama kurang lebih lima dekade.

Assad memerintah dengan tangah besi (otoriter), sehingga banyak pihak tidak merasa nyaman.  Karena sangat otoriter, rezim Assad punya banyak musuh. Musuh-musuh itu tidak saja berupa oposisi melainkan pemberontak-pemberontak yang tersebar di beberapa wilayah terutama utara, timur dan selatan. Beberapa pemberontak malah merupakan proxi (wakil) dari beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Turki dan beberapa negara lain.

Jika kita sempatkan membaca, bagaimana milisi-milisi tersebar, kita akan tahu bahwa negara itu terpecah-pecah menjadi beberapa wilayah yang dikuasai beberapa milisi. Di negara itu ada juga kaum mayoritas dan minoritas dengan berbeda basis ideologi. Kebetulan HTS yang mula-mula menguasai wilayah Idlib di utara kemudian mampu memperluas pengaruhnya ke selatan, sampai ke Damaskus, ibukota Siria.

Meskipun pemimpin HTS mengaku bahwa mereka akan membawa Suriah menjadi demokratis, namun tak bisa disangkal bahwa Suriah adalah salah satu negara dengan faham transnasional yang sangat kental Meskipun HTS menyatakan memisahkan diri dari al Qaeda , namun interasksinya dengan faksi-faksi lain masih saja menimbulkan kengerian tersendiri. Belum termasuk ISIS yang jelas-jelas membawa misi terorisme dalam perjuangannya. Singkat kata Suriah adalah pabrik Radikalisme.

Lalu untuk apa keruntuhan Assad itu dirayakan oleh beberapa orang di Indonesia. Melalui narasi-narasi di beberapa media sosial, terlihat mereka secara rinci menggambarkan kegembiraan masyarakat setempat yang merayakannya di lapangan Umayyah, tempat yang selama ini menjadi simbol harapan revolusi 2011.  Warga Indonesia menuliskan narasinya bahwa masyarakat di sana bahagia.

Apa sih relevansi kemenangan HTS itu dengan warga Indonesia ? Saya bisa mengatakan tidak ada. Jika pemimpin HTS mengatakan bahwa mereka akan membawa Suriah menjuju negara yang demokratis, bisa disangsikan karena mereka punya faksi-faksi yang sangat sulit untuk bersatu bahkan agama mereka sama. Sementara Indonesia telah melampaui kemajuan berdemokrasi dengan berbagai keragaman dan tantangan itu bisa terlampuai dengan baik.

Karena itu untuk apa harus ikut bergembira saat Assad ditaklukkan oleh HTS ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun