Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita, Keberagaman dan Ancaman Transnasional

19 Desember 2024   17:38 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberagaman Indonesia / Gramedia

 Kita sudah melampaui masa sulit politik dalam negeri yaitu Pemilihan Presiden, Pemilihan Legislatif, dan yang baru saja berlalu adalah Pemilihan Kepala Daerah atau yang disebut Pilkada. Meski di sana sini masih ada protes soal hasil pilkada namun secara keseluruhan, Pilkada berjalan dengan baik dan lancar.

Peralihan kepemimpinan yang dahulu terkesan kurang smooth, kini pergantian antara Presiden lama dan Presiden baru sangat baik dan hangat. Beberapa minggu berlalu, mereka kerap saling mengunjungi. Banyak menteri dari kabinet sebelumnya juga masih dipakai oleh presiden baru.

Sejarah mencatat, inilah masa pergantian kekuasaan yang paling damai sepanjang sejarah Indonesia. Karena mayoritas banyak pergantian kekuasaan yang yang sangat tidk smooth alias kasar. Kita bisa melihat dari Soekarno ke Soeharto, harus ditandai dengan tragedi G 30 S PKI dan Supersemar, dan Soekarno harus menjadi tahan rumah sampai akhir hayatnya. Begitu juga Soeharto yang harus menghadapi emosi mahasiswa yang membuat dia harus menyerahkan jabatannya, dan beberapa presiden setelahnya.

Aura harmoni dan perdamaian itu tak lepas dari stabilitas keamanan. Tidak bisa dipungkiri, selama 10 tahun terakhir ini, kejadian terorisme memang jauh menurun dibanding sebelumnya. Tindakan terorisme terbesar yaitu beberapa bom yang meledak nyaris bersamaan di Surabaya tahun 2018. Setelah itu nyaris tidak ada tindakan terorisme akbar yang mengguncang tanah air.

Kenapa ?  Ini tak lepas dari peran aparat yang intensif menangkap para terduga teroris, pada saat mereka merencanakan tindakan terorisme.  Malah menurut data, warga yang ditangkap oleh aparat karena terindikasi terafiliasi kelompok terorisme pada awal 2024 ini berjumlah nyaris 100 orang. Kita ingat misalnya seorang pelajar di Batu Malang ditangkap aparat di rumahnya karena ditemukan sejumlah bahan kimia yanga siap dirakit menjadi bahan peledak. Setelah melakukan pendalaman, sang pelajar berencana akan meledakkan dua rumah ibadah di Malang.

Hubungan jarangnya peristiwa terorisme dengan 100 orang terduga teroris menunjukkan bahwa keinginan untuk berbuat kekerasan tak kunjung padam, hanya saja aparat lebih sigap sehingga mereka gagal melaksanakan niatnya. Artinya faham transnasional yang mulai tumbuh subur pada akhir 90-an masih dominan dan dari merekalah warga yang semula peduli dengan keberagaman menjadi intoleran dan kemudian menjadi radikal.

Kesinambungan kepemimpinan nasional yang berlangsung smooth dan pilkada yang berlangsung damai, menunjukkan kita masih ada harapan untuk kembali menyuburkan saling menghargai soal perbedaan, memperkuat toleransi dan menjaga stabilitas keamanan. Ini harus diupayakan untuk mewujudkan bangsa damai dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun