Saat ini dunia harus melihat dua perang yaitu Rusia dan Ukraina dan Hamas dan Israel. Berbeda dengan Rusia dan Ukraina, pertikaian Hamas dan Israel adalah hal yang sudah terjadi sejak lama. Pertikaian mereka bukan soal agama yaitu Islam dengan Yahudi, namun lebih kompleks yaitu sejarah dan soal tanah. Sehingga bisa dikatakan pertikaian itu menjadi lama dan berlarut-larut, dll.
Serangan ataupun perang itu tentu saja akan membawa Indonesia dan banyak negara lainnya menjadi susah. Karena perang akan membawa dampak, semisal secara kewilayahan yang bersangkutan akan menjadi wilayah / daerah yang berbahaya untuk didatangi. Kita tahu wilayah yang diperebutkan oleh Hamas dan Israel adalah tanah yang dianggap suci oleh beberapa agama selain Yahudi semisal Kristen, Katolik dan Islam itu sendiri.
Perang itu juga akan membawa dampak lainnya semisal ekonomi, persisnya, harga minyak bumi dan hasil bumi ukraina seperti gandum . Seperti kita tahu Indonesia adalah negara yang punya kebutuhan terhadap gandum (tepung) yang tinggi, sehingga memang perang sangat membawa dampak besar bagi banyak negara.
Melihat konteks perang seperti ini sudah selayaknya kita tidak terperangkap pada narasi soal agama secara sempit. Narasi soal agama atau eksploitasi agama sering menjadi "senjata" bagi kelompok radikal yang seakan-akan membawa narasi agama yang dipersempit ini. Padahal mereka punya agenda sendiri untuk mengambil simpati Masyarakat Indonesia.
Agenda tersembunyi atau hidden agenda ini memanfaatkan tingginya solidaritas muslim Indonesia terhadap umat muslim Palestina. Terutama karena konflik ini bukan saja sudah lama berlangsung, ditambah dengan sentimentasi agama, sehingga isu ini sangat bisa "digoreng" untuk menimbulkan simpati, padahal mereka ingin menyebarkan hidden agenda mereka yaitu narasi radikal.
Bisa saja mereka menekankan bahwa kekhalifahan penting dan dibutuhkan untuk saat ini, dan bisa dimulai dari Indonesia mengingat negara kita mayoritas agama Islam. Terus terang ini tidak bisa diterima karena negara kita punya keberagaman yang tinggi. Jumlah suku di Indonesia lebih dari seribu, belum lagi bahasa lokal. Sehingga bisa dikatakan bahwa agenda mereka tidaka akan bisa diterima di Indonesia.
Karena itu, jangan terjebak pada  penunggang konflik di Palestina.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H