Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni Berdakwah Secara Etis di Negeri Majemuk

25 Mei 2023   21:32 Diperbarui: 25 Mei 2023   21:44 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyampaian dakwah Islam di Indonesia yang majemuk mesti didasari dengan wawasan keberagaman. Maksudnya, sebagai negara yang memiliki banyak khazanah budaya dan keyakinan, bahkan dalam satu agama pun kadang berbeda ara pandang, Indonesia pasti punya banyak model mubaligh. 

Ada penceramah yang suka membahas tentang topik aqidah, ada yang fokus pada Syariah, tak sedikit pula yang cenderung membahas akhlak. Yang jelas, apapun yang disampaikan, tetap mesti menjaga norma dan etika yang berlaku. Jangan karena diri merasa benar, "hujat sana" dan "nista situ" dijadikan kebiasaan.  

Ada sebuah ungkapan, "guru kencing berdiri, murid kencing berlari,". Dalam konteks dakwah Islam, bisa dimaknai pula, "penceramah menyindir, jamaah menghina,". Biasanya, kalau da'i yang dikagumi seseorang suka mencibir kelompok lain, orang tersebut akan dengan tega menghardik kelompok tersebut.

Oleh sebab itu, para pendakwah mesti cermat dalam menyampaikan pesan. Segaris dengan itu, para jamaah harus pandai memilah guru untuk dianut. Literasi mengenai pendidikan beragama mesti didengungkan. Apalagi di era internet di mana jumlah penceramah yang eksis sudah tidak bisa dihitung jari.

Ada ide menarik yang selayaknya bisa dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menyampaikan pesan-pesan agama, penceramah dapat pula menyisipkan konten mengenai nilai-nilai nasionalisme. Tatkala seseorang cinta pada tanah air, dia akan sukar untuk diadu domba hanya karena perbedaan pandangan mengenai suatu definisi. Dia akan lebih mendahulukan rasa persaudaran.

Penumbuhkembangan semangat cinta tanah air sudah dilakukan di banyak pesantren. Bahkan, di pesantren-pesantren yang tergolong salaf atau memegang teguh kitab-kitab klasik. 

Sudah barang tentu juga, alumnus pesantren semacam ini bakal punya pandangan moderat saat terjun ke masyarakat (Najmudin & Syihabudin Said. 2020. "Penanaman Nilai Moderasi Islam Dan Wawasan Kebangsaan Pada Santri Pondok Pesantren Salafi Jami'atul Ikhwan Kabupaten Serang Banten." Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel) 6(1): 43--58).

.Orang seperti itupunya setidaknya dua keunggulan utama. Di aspek ilmu peribadatan vertikal baik, sedangkan hubungan sosial horizontal juga terjaga secara apik. Pemahaman tentang keagamaan dan kebangsaan yang digandeng sekaligus merupakan gagasan yang bagus untuk terus digaungkan pada para jamaah.  

Pemerintah pusat melalui kantor Kemenag di kabupaten/kota bisa mengambil peran untuk menyosialisasikan tentang urgensi berdakwah secara etis di masyarakat. Ekspoen masyarakat seperti MUI, ormas NU maupun Muhammadiyah, bisa pula diajak berpartisipasi. Dengan cara ini, dakwah yang dilakukan di panggung besar maupun di masjid-masjid kala hari Jum'at, tetap dinaungi nuansa kebersamaan dalam keberagaman.

*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun