Â
Indonesia dikaruniai alam indah, kekayaan budaya dan alam yang cukup banyak dan cuaca hangat sepanjang tahun. Kita tahu sari Sabang sampai Merauke, banyak sekali tempat wisata yang menarik perhatian kita bahkan masyarakat global.
Mulai dari Sumatera, kita mendapati puluhan destinasi wisata sejak dari Sabang, Medan dengan danau tobanya, sampai Padang dengan berbagai budaya sampai Lampung yang menawarkan keindahan lautnya.
Di Kalimantan juga begitu.Begitu juga pulau Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua yang menyimpan banyak keindahan alam dan keanekaragaman budaya. Juga Bali, Â NTT Â dan NTB.
Dari semuanya itu daerah mana yang sangat terkenal hingga mancanegara ? Yang sering disebut dengan baik, nyaris tanpa menyebutkan negaranya?
Ya, daerah itu adalah Bali. Satu pulau kecil di timur pulau Jawa ini memang menyimpan keindahan alam dan budaya yang memukau dunia. Kita bisa lihat statistic wisatawan domestic maupun asing tiap tahunnya untuk berkunjung ke pulau itu.
Sebagai destinasi wisata, Bali memang lengkap. Ada pantai dan laut yang menyuguhkan keindahan, Ada gunung yang memiliki pesona bagi yang menggemari dataran tinggi.Â
Ada kuliner laut yang sangat enak, ada budaya dan hasil kriya yang sangat tak habis untuk dinikmati. Sejarah Bali dengan berbagai kisah turun temurun dan akulturasinya dengan berbagai bangsa sampai saat ini mewariskan seni tingkat tinggi yang bisa dinikmati sampai sekarang.
Hanya saja ada yang berbeda. Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu. Ini berbeda dengan penduduk Indonesia yang memeluk agama muslim. Singkat kata, komposisi keyakinan di Bali berbalik dengan Indonesia. Di Bali mayoritas beragama Hindu dan muslim merupakan minoritas, sedangkan di Indonesia, mayoritas penduduk beragama Islam dan Hindu adalah mayoritas.
Jika pernah berlibur ke Bali dalam jangka waktu yang agak lama, kita akan menemukan toleransi pada level yang tertinggi di sana. Hindu tidak pernah mengusik agama lain. Dan agama lain juga tidak pernah mengusik Hindu. Hingga pada dua titik yaitu bom meledak di pulau itu, akibat pandangan yang keliru soal berkeyakinan.