Tak perlu mencari kambing hitam dulu. Atau membuat pernyataan berapi-api. Cukup bergerak mengunjungi dari korban ke korban. Hinggap ke kasus ini dan itu. Tanpa bicara pun, aksi mereka sudah akan menimbulkan pembicaraan. Diskursus massif lintas lapisan: apa dan bagaimana solusinya.
Sejauh ini beberapa kasus yang diangkat di medsos --dengan slogan: viral dulu baru kerja-- tampak bahwa buzzer-nya adalah kaum Adam. Di Kemenkop yang berbicara lantang juga cowok: Menkopolhukam.
Bukannya menolak emansipasi laki-laki. Tetapi dengan posisi, power, fasilitas, dan kesempatan yang dimiliki, Puan bersama menteri dan Ibu Negara bisa memberikan sumbangan perhatian yang luar biasa.
Dulu Kartini begitu gigih berjuang agar perempuan tidak buta huruf. Tanpa pamrih. Hanya gelisah. Ia terlihat sangat tidak senang jika kaumnya terpinggirkan. Sekarang kaum marjinal yang diperjuangkan itu sudah mampu menduduki kursi presiden dan ketua parlemen.
Dari sudut pandang politik pemilu, apakah ada manfaatnya untuk meningkatkan elektabilitas? Bisa saja. Siapa tahu dengan pembelaan yang dilakukan militan maka publik akan terbuka mata dan menjatuhkan pilihan.
Namun apa pula perlunya menyoal  itu jika dengan keikhlasan pahala akan didapat. Dan karunia kehidupan yang lebih ramah bagi perempuan dan anak-anak. Adakah yang lebih baik dari itu?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H