Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ledek "Kapten Tsubasa", Jerman Dihukum Jepang 2-1

24 November 2022   08:32 Diperbarui: 24 November 2022   21:57 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulah Antonio Rudiger lari berjingkat-jingkat jadi bahan komentar warganet usai Jerman kalah dari Jepang 1-2 (Foto-tangkapan layar: Twitter/@TrollFotball).

Menyusul Argentina kalah 1-2 lawan Saudi, Jerman kehilangan 3 poin dalam laga lawan Jepang. Der Panzer keok 1-2 ditebas Samurai Biru. Aksi  provokatif Antonio Rudiger yang lari berjingkat-jingkat pada babak pertama --saat Jerman unggul -- lantas tak luput dari keusilan netizen. Karma.

"Makanya, selama bola masih menggelinding  jangan sombong duluan Rued ...!"

Bagi Jerman kekalahan dari Jepang di grup neraka E ini sebenarnya merupakan pantangan. Kalau lawan Jepang saja kalah bagaimana nanti lawan Spanyol? Bisa-bisa nanti arus mudik timnas ke Berlin terjadi sebelum waktunya.

Jepang di pihak lain segera menjadi trend positif di jagat maya. Pose timnas dimodif pakai tampilan kartun ala jagoan bola versi komik, Kapten Tsubasa dan anak buahnya.

Meme Timnas Jepang yang menampilkan skuad Kapten Tsubasa (nomor 10) yang diunggah netizen usai mengungguli Jerman dalam laga perdana, 23/11/2022 (Foto-meme: Twitter/@TrollFootball).
Meme Timnas Jepang yang menampilkan skuad Kapten Tsubasa (nomor 10) yang diunggah netizen usai mengungguli Jerman dalam laga perdana, 23/11/2022 (Foto-meme: Twitter/@TrollFootball).

Argentina-Jerman kalah, Timnas Asia semakin pede

Ada pola yang menarik dari pertemuan Argentina-Saudi dan Jerman-Jepang.

Secara materi pemain, Argentina dan Jerman sebagai favorit langganan World Cup tentunya lebih unggul. Statistik penguasaan bola mereka dalam kedua laga di kisaran 70%.

Selain unggul materi pemain dan teknis, dalam laga kemarin Argentina dan Jerman juga sama-sama menang duluan. Dan sama-sama lewat tendangan dari titik putih 12 pas. Bukan 12 meter, tetapi 12 yard atau 10,97 meter. Tendangan penalti.

Gol pertama Argentina dicetak Messi menit ke-10, sedangkan Jerman memperoleh hadiah penalti --yang dieksekusi oleh Ilkay Guendogan-- pada menit ke-32. 

Seperti serangan spekulatif, kurang terkoordinir, dan memanfaatkan ketidakstabilan lawan; dua gol balasan Saudi-Jepang terjadi dalam waktu yang relatif berdekatan. Pertanda konsistensi kualitas masih perlu diuji dalam babak-babak selanjutnya.

Gol Saudi diraih dalam waktu 5 menit; Saleh Al Shehri menit ke-47 dan Salem Al Dawsari menit ke-52. Laga barusan, Jepang menikam jala Die Mannschaft dalam tempo 8 menit. Ritsu Doan pada menit ke-74 dan Asano pada menit ke-82.

Keunggulan Argentina boleh dikatakan masih valid dengan torehan 3 gol yang sayangnya dianulir VAR (Video Assistant Referee). Coba kalau manual, skor akhirnya mungkin 4-2 atau 3-2. Atau draw 2-2 .... Dalam hal ini fans Argentina bisa sedikit lega. Skuad Messi bisa belajar cepat, bagaimana cara mengakali asisten wasit digital agar golnya tak dikebiri.

Namun laga Jerman-Jepang boleh dikatakan relatif bersih dan rapi tanpa insiden yang anuan. Menjadi kecurigaan jangan-jangan performa Nationalelf yang sedang menurun benar-benar sah dan terbukti.

Di halte berikutnya, Manuel Neuer akan menghadapi Spanyol! Berat dan tak bisa diwakilkan. Kalah lagi lawan Spanyol sepertinya coach Hansi Flick langsung pesan taksi ke bandara. Harus seri minimal, supaya posisi di grup lebih kompetitif.

Rudiger menatap sedih 3 poin Jerman yang terbang di atas Khalifa International Stadium, 23/11/2022 (Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko).
Rudiger menatap sedih 3 poin Jerman yang terbang di atas Khalifa International Stadium, 23/11/2022 (Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko).

Arti penting kemenangan Jepang bagi timnas Asia

Kemenangan Jepang terus menghembuskan angin baik timnas Asia setelah kemenangan Saudi Arabia atas Argentina. Dua laga tersebut menerbitkan harapan bahwa prestasi timnas Asia dalam pergelaran Piala Dunia semakin meningkat.

Berpuluh-puluh kali Piala Dunia --sekarang ke-22-- tetapi Asia cuma jadi pelengkap saja supaya label "dunia" ter-legitimasi. Coba yang bertanding  Eropa sama Amerika (Latin) saja, pasti tidak bisa disebut Piala Dunia.

Tetapi nyatanya begitu. Juara 1 dan 2 selalu Eropa dan Amerika Selatan. Terbanyak juara Brasil, 5 piala; dan Jerman sudah mengoleksi 4. Satu-satunya kursi termewah yang diduduki Asia yaitu juara harapan 1 alias ranking 4 atas nama Korea Selatan.

Sayangnya kemenangan Taegeuk Warriors itu terjadi kala World Cup digelar di Jepang-Korea Selatan. Rasanya agak-agak berbau "offside" begitu kalau pakai istilah teknis. Kurang marem kalau cuma unggul di kandang sendiri.

Kemenangan Saudi dan Jepang sekarang juga terjadi di negara kawasan Asia. Namun demikian bolehlah disebut kemenangan itu terjadi di luar atmosfir rumah sendiri. Bukan seperti Korea saat menjadi tuan rumah.

Pertanyaan penting berikutnya adalah, mampukah timnas Asia melangkah lebih jauh di Qatar sekarang?

Jangan lupa, saat ini masih fase grup dan Argentina-Jerman masih bisa bangkit. Bolanya juga masih bundar dan nasib timnas manapun bisa berakhir masuk kotak kapan saja.

Harapan Indonesia

Dari 8 miliar manusia yang menghuni planet bumi, lebih dari separuhnya tinggal di benua Asia. Ada hampir 60%-an. Sisanya terbagi-bagi menghuni wilayah Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia.

Komposisi jumlah penduduk tersebut menerbitkan rasa penasaran bagaimana caranya mencari 11 pemain yang sanggup membawa pulang Piala Dunia ke Asia. Ke mana saja, pokoknya ke Asia. 

Atlet Asia biasanya unggul dalam olahraga tertentu secara individu seperti bela diri kungfu, pencak silat, badminton (plus yang duet). Menjadi juara dunia di bidang sepak bola akan membuka horizon baru yang akan menyingkap pula perspektif-perspektif baru. Atau apakah ini merupakan persoalan genetik?

Seperti warga +62 juga rasa penasaran itu, bagaimana caranya menyeleksi 11 orang dari 275 juta, yang sanggup  qualified main di pildun. Asal boleh main saja dulu, tidak muluk-muluk. Atau sekurang-kurangnya juara Asia (tenggara) lah ...!

Semakin banyak wakil Asia yang berbicara di laga-laga puncak Piala Dunia maka rasa percaya diri timnas kita bisa terdongkrak. Asia bisa setara dengan Eropa dan Latin dalam prestasi sepak bola.

Meskipun hari-hari ini awan kelabu kembali menggelayut setelah insiden Kanjuruhan, tetapi harapan tak boleh putus. Pejabat Ketua PSSI boleh berganti-ganti, asal jangan membuat timnas Garuda jalan di tempat.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun