Pertanyaannya, haruskah sumur resapan digali di trotoar dan badan jalan? Â Dalam hal ini referensi kepakaran diperlukan untuk membuktikan bahwa itu memang efektif jika dibanding dengan sumur yang dibuat tanpa harus mengganggu lalu lintas.
Jika menilik sifat air mengalir dan sebaran curah hujan, sulit dipahami mengapa sumur harus dibuat di tengah jalan.
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Fakta bahwa jalan raya itu berada di area terbuka seharusnya memungkinkan bahwa posisi sumur pencegah genangan itu berada di titik lain berdasarkan prinsip bejana berhubungan. Mungkin lain soal jika jalan itu merupakan sebuah koridor yang disekat atau sebuah terowongan tertutup.
Selain belum tentu efektif --sementara fungsi jalan jadi terganggu-- sumur di tengah jalan juga kurang enak dilihat secara estetis. Seandainya proyek ribuan sumur resapan jadi dibuat, jalan di DKI mungkin akan tampak seperti kartu gapleh. Ada bulatan -bulatannya.
Perihal  anggaran juga perlu dicermati. Ada yang mengatakan per sumur dananya habis Rp 80 juta; ada yang mengatakan cuma habis belasan. Masih perlu kejelasan terutama dari pihak DPRD dan balai kota. Meskipun demikian, untuk soal penanggulangan banjirnya sendiri DKI tidak boleh berjudi. Yang pasti-pasti saja; sesuai kaidah ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H