Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Seleksi CPNS 2021 Diulang karena Indikasi Kecurangan, Setuju?

6 November 2021   12:03 Diperbarui: 6 November 2021   12:13 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tes SKD CPNS (tribunnews.com).

DPR mengusulkan agar seleksi CPNS tahun 2021 diulang. Hal itu dikatakan Junimart Girsang dari Komisi II dengan alasan adanya indikasi kecurangan.

"Jadi biar clear kita mendesak agar seleksi CPNS 2021 itu diulang saja, secara menyeluruh seleksinya. Terlepas ada atau tidaknya anggaran. Ini konsekuensi," usul Junimart Girsang (kompas.com, 6/11/2021).

Usulan  tersebut mengikuti temuan aplikasi Zoho dalam komputer peserta saat mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) di Sulbar. Aplikasi remote tersebut diduga untuk membantu yang bersangkutan dalam mengerjakan soal. Akibat insiden ini sebanyak 59 peserta dinyatakan didiskualifikasi.

Sebelum heboh kecurangan itu muncul di media, pengguna twitter lebih dulu tahu spoiler kabar tersebut beberapa hari sebelumnya. Whistle blower-nya siapa lagi kalau bukan El Diablo yang juga pernah mengiris sejumlah kasus besar sebelum akhirnya diberitakan pers.

Yang menarik dari utas pengungkapan oleh  setan twitland @txtdaridgmbk itu adalah solusi pengusutan. Untuk menuntaskan indikasi kecurangan itu ia mengusulkan agar server komputer di BKN diaudit forensik. Jadi bukan komputer peserta saja yang digeladah tetapi juga di server komputer penyelenggara di pusat.

Lantas apakah layak mengusut hingga ke hulu untuk memangkas 59 peserta ujian yang lancung? 

Masalahnya adalah kasus yang 59 peserta itu hanyalah puncak gunung es saja. Dugaan kecurangan SKD yang dikatakan El Diablo sudah terjadi bertahun-tahun dan menyangkut suap triliunan rupiah yang berasal dari ribuan CPNS yang menggunakan jasa orang dalam.

Tentang suap untuk diterima PNS ini memang bukanlah hal yang asing karena sejak lulus kuliah penulis kerap mendengar ini. Salah satu istilahnya yaitu "beli SK" maksudnya menyuap untuk memperoleh surat keputusan (pasti) diangkat jadi PNS.

Karena kurang begitu berminat --terlebih lewat jalur begitu-- tawaran begini dianggap angin lalu saja. Mau dilaporkan juga bingung lapor siapa dan yang penting adalah apa buktinya?

Mungkin kasus yang terjadi saat ini adalah momentum tepat untuk menelusur lebih jauh dugaan keterlibatan internal BKN melalui audit server komputer. Potensi pengaturan skor ujian memang mungkin dan jika itu terjadi secara sistematis berarti akan menjadi beban. Calon PNS yang berkualitas akan tersingkir sekian persen untuk mengakomodasi kursi peserta lewat pintu rasuah.

Langkah investigasi server komputer penyelenggaraan SKD ini lebih murah dan efektif. Dibandingkan dengan mengulang SKD se-Indonesia itu berapa biayanya? Lagi pula pelaku utama yang bertanggung jawab sudah pasti akan lolos.

Berbeda jika pengusutannya dilakukan lewat jalur forensik digital. Dan bagi BKN sendiri justru seharusnya mendukung untuk membuktikan bahwa internal lembaga tersebut memang bersih dan berintegritas.

Selain masalah biaya, penulis yakin bahwa pihak peserta juga  mayoritas tak akan setuju ide ujian ulang SKD 2021. Mempersiapkan ujian itu tidak gampang. Dan apakah karena segelintir oknum melakukan kecurangan lalu semua peserta harus terkena akibatnya?

Berdasarkan logika itu jangan-jangan Junimart memang sedang mendesak aparat untuk mengaudit server BKN. Hitungannya, solusi yang ia tawarkan itu nyaris mustahil dan artinya audit server BKN jauh lebih masuk akal.

Apa sih untungnya mengurusi "dapur"  pekerjaan orang? Kadang terbetik pikiran seperti itu.

Begini. Soal orang titipan itu di dunia kerja adalah hal yang lumrah. Dalam perusahaan swasta sangat jamak jika kerabat keluarga pemilik bisa langsung masuk posisi elit tanpa harus bersusah payah meski berarti menyingkirkan karyawan lain yang berpengalaman. Tetapi PNS itu digaji oleh pemerintah lewat APBN milik negara; bukan milik keluarga. Artinya semua warga seharusnya berhak memperoleh kesempatan yang sama.  Demokratis-meritokratis.

Meskipun kecewa karena kasus kecurangan CPNS ini seperti tak tersentuh oleh aparat pemerintah --termasuk 7 tahun era Jokowi lalu--, tapi penulis berharap mudah-mudahan ke depan segera ada perbaikan. Idealnya  tentu para abdi negara kita adalah figur-figur yang memang layak dan berkompeten. Gajinya kan juga stabil plus kebal pandemi.

Mari kita tunggu bersama, apakah kecurangan SKD CPNS akan diisolir sebatas komputer peserta ataukah investigasi akan segera dilakukan untuk menelusur server sekalian oknum-oknumnya yang terlibat.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun