Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bendera Putih Warga, Sinyal Positif bagi Jokowi dalam Mengelola Pandemi

2 Agustus 2021   07:06 Diperbarui: 2 Agustus 2021   10:44 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera putih yang dipasang pedagang di Malioboro, Jogja (merdeka.com).

Jangan sampai waktu 20 menit makan di warteg habis untuk pemeriksaan kartu vaksinasi.

Merebaknya aksi para pelaku usaha mengibarkan bendera putih ada baiknya diapresiasi secara positif. Hal tersebut menunjukkan sebuah kesadaran bahwa kehidupan sehari-hari harus terus berjalan di tengah kepungan pandemi yang belum reda.

Hari ini adalah hari terakhir perpanjangan PPKM jilid pertama setelah versi darurat meluncur awal Juli lalu. Angka kasus harian kemarin sudah 30 ribuan, tetapi kematian masih cukup tinggi yaitu 1604.

Dengan catatan tersebut apakah Jokowi akan memperpanjang PPKM level 3-4?

Angka kasus harian jika dilihat dari angka normal sebelum melonjak --sekitar 5 ribuan per hari-- tentu masih tinggi. Namun jika dilihat dari puncak gelombang ketiga yang mencapai 54.000, pencapaian kemarin sedikit melegakan.

Grafik harian kasus positif corona di Indonesia (support.google.com).
Grafik harian kasus positif corona di Indonesia (support.google.com).
Catatan vaksinasi di sisi lain diperkirakan sudah menjangkau 67 juta warga atau sekitar seperempat total populasi. Masih perlu digenjot hingga maksimal agar target 2 juta per hari dapat terwujud.

Dengan berkembangnya varian baru SARS-CoV-2 yaitu virus delta yang sangat mudah menular, vaksinasi memang belum tentu menekan kasus harian secara signifikan. Tetapi vaksinasi itu jangan lantas diabaikan, setidaknya hal itu dapat membantu menurunkan angka kematian.

Kembali ke soal bendera putih pedagang kaki lima dan PPKM, perlu kita ingat kembali mengapa kasus melejit setelah sebelumnya melandai.

Lonjakan kasus terjadi pasca libur panjang lebaran kemarin ketika larangan mudik banyak dilanggar. Ketika itu ada provokasi untuk menjebol penyekatan oleh aparat dan faktanya ribuan pemudik berhasil lolos.

Soal jebolnya penyekatan dan larangan pergerakan massa memang sudah diprediksi akan terjadi sekian persen termasuk dampak lonjakan angka kasus Covid-19 harian. Hal itu didasarkan pada pengalaman sebelumnya pada awal tahun di mana kasus meningkat setelah libur panjang Natal dan tahun baru.

Varian corona baru yang membuat kenaikan penularan  jauh di atas perkiraan.

Tidak hanya di Indonesia, sejumlah negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi seperti Israel dan China juga mengalami dan mengkhawatirkan mutasi baru virus corona. Varian tersebut dituding telah menewaskan nyaris 500 ribu jiwa di India dengan perkiraan jumlah sesungguhnya mencapai 6-7 kali lipat.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut akan menjadi bahan pemikiran di seputar keputusan apakah PPKM lanjut lagi ataukah tidak.

Secara aktual bagi warga sendiri pengalaman menyaksikan penuhnya RS dan frekuensi pemakaman dengan protap corona akan semakin meyakinkan bahwa pandemi adalah nyata. Hal ini penting untuk menangkal hoax konspirasi di balik wabah global ini.

Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah  kesadaran terhadap dampak multi dimensi yang ditimbulkan. Tak hanya bidang ekonomi tetapi juga pendidikan dan bidang-bidang lain.

Bendera putih menjadi bukti bahwa dampak corona di bidang ekonomi juga tak kalah mematikan. Ketika pemerintah memberikan kelonggaran aktivitas jual beli, tak perlu lagi ada tudingan prioritas ekonomi mengalahkan pentingnya aspek kesehatan. Keduanya saat ini sudah sangat krusial.

Jokowi, (beritajatim.com, 30/7/2021):

"Kemarin yang namanya PPKM Darurat itu kan namanya semi-lockdown. Itu masih semi saja, saya masuk ke kampung, saya masuk ke daerah, semuanya menjerit minta untuk dibuka. Saya kira Bapak, Ibu juga sama mengalami hal yang sama kan? Kalau lockdown kita bisa bayangkan dan itu belum juga bisa menjamin dengan lockdown itu permasalahan menjadi selesai." 

Jika melihat trend perpanjangan kemarin yang menurun dari PPKM darurat menjadi PPKM level 3-4, tampaknya langkah yang sama akan diambil lagi kali ini. Pembatasan diperlukan terutama di wilayah penularan tinggi, tetapi daerah yang mulai menghijau perlu sedikit pelonggaran untuk memberi kesempatan pelaku usaha sedikit bernapas.

Untuk menjembatani antara desakan kebutuhan hidup dengan kehati-hatian demi mencegah penularan maka penegakkan prokes dan vaksinasi adalah kuncinya. Tetapi jangan pula lalu timbul masalah yang tidak perlu.

Sebagai contoh yaitu aturan makan di warteg selama 20 menit. 

Dengan disiplin prokes ketat sebenarnya hal itu memadai karena secara tidak langsung mencegah masyarakat untuk makan di tempat (dine in). Akan tetapi aturan harus bawa kartu vaksinasi seperti yang terjadi di DKI Jakarta adalah satu bentuk kejanggalan birokrasi; mirip dengan syarat keterangan domisili dalam program vaksinasi.

Dengan keharusan bawa kartu atau sertifikat vaksinasi maka kegiatan di warteg akan bertambah dengan pemeriksaan kartu. Bagaimana pemilik warteg punya waktu memeriksa kartu vaksinasi sementara di sisi lain pengunjung dibatasi 20 menit? Hal itu menjadi permasalahan baik bagi pemilik warung maupun pengunjung yang ingin makan. Bagi warga yang tak terbiasa dengan gadget seperti pekerja harian hal itu juga menyulitkan.

Foto kerumunan pasar di Jakarta, akhir Juni 2021 (detik.com).
Foto kerumunan pasar di Jakarta, akhir Juni 2021 (detik.com).

Yang harus dikejar tentunya prokes yang dilakukan secara konsisten. Sebelum gelombang kasus sekarang ini beberapa pasar terpantau mengabaikan prokes yang seharusnya menjadi PR bagi pemda dan Satpol PP untuk menertibkannya.

Untuk itu maka kepemimpinan kepala daerah menjadi hal yang sangat penting. Bagaimana prokes ditegakkan secara humanis tentu kepala daerah yang menjadi patokan. Jangan sampai malah mematikan motivasi warga untuk bekerja seperti kasus pedagang di Garut dan Tasikmalaya yang diadili setelah terkena razia.

Tentunya keputusan bagaimana nasib PPKM nanti secara substansi menjadi tanggung jawab semua pihak. Semoga pula apa yang diputuskan telah melalui evaluasi dan pertimbangan atas berbagai masukan yang ada.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun