Dalam hal ini Jokowi mengatakan bahwa untuk memutuskan PPKM lanjut jilid 2 atau tidak diperlukan kejelian dan perhitungan matang. PPKM sendiri akan berakhir tanggal 20 Juli dan perpanjangannya diperkirakan --paling singkat-- sampai 2 Agustus.
Jika PPKM diperpanjang giliran warga yang sehat --tapi kelaparan-- mengeluh. Begitu pula dengan pengusaha yang bisnisnya terhenti. Pembatasan aktivitas ekonomi selama 3 minggu sangat memberatkan. Hal itu karena sebelumnya kondisi perekonomian sudah tidak normal selama 2 tahun pandemi berlangsung.
Vaksin yang telah tersedia harus segera dipergunakan dan tidak ada istilah stok. Masa kadaluarsa vaksin itu sangat cepat sehingga akan mubazir jika terbuang percuma.
Sayangnya survei LSI mengatakan bahwa sekitar 36% responden menyatakan menolak vaksinasi. Tentu ini PR bagi semua, tidak hanya pemerintah tetapi juga parpol oposan, pengamat politik, atau influencer anti-pemerintah.
Masalahnya adalah jika semua terancam mati lalu apa artinya lagi berpolitik? Siapa pun pemenangnya pasti hanya akan memperoleh abu.
Hal itu pulalah yang disampaikan Menko Luhut kepada semua pihak. Saat ini yang diperlukan adalah kekompakkan dan bukan saatnya berpolitik. Baru jika pandemi sudah lewat silakan kalau mau terus nganu.
Luhut, Koordinator PPKM (detik.com, 18/7/2021):
"Dan saya harap, dari teman-teman semua, maaf, pengamat-pengamat, politisi-politisi, tolong semua, please. Kalau kali ini, kita kompaklah. Nanti selesai ini, Anda mau anu lagi, silakan."
Mudah-mudahan apa yang disampaikan dapat didengar. Menurut akal sehat memang begitu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H