Membaca judul berita "Hotman Paris Beri Tips Terkait Larangan Pemerintah Turunkan Masker Saat Makan" sedikit rasa penasaran muncul. Apakah maksudnya pemerintah melarang turunkan masker saat makan?
Judul berita tersebut dan isinya tidak sesuai logika walaupun saat ini pemerintah sedang menerapkan PPKM, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat .
Makan minum pakai masker itu sulit kecuali ada modifikasi. Larangan pemerintah terkait protokol kesehatan masa pandemi yaitu agar tidak makan di warung atau resto. Setelah beli langsung pulang, atau pesan secara online lewat aplikasi.
Karena berita itu itu tidak masuk akal, penelusuran berita pembanding perlu dilakukan. Ternyata pemerintah tak pernah menghimbau makan sambil pakai masker. Yang ada yaitu melepas sepenuhnya jika terpaksa misalnya saat hendak makan.
Achmad Yurianto (kompas.com, 12/7/2020):
"Kalau memang terpaksa harus melepas masker, lepas. Jangan disangkutkan di dagu karena droplet kita atau kuman penyakit yang ada di luar yang mungkin nempel di dagu akan pindah ke bagian dalam dari masker kita."
Himbauan yang disampaikan Jubir Satgas Corona di atas memang sudah lama, setahun lalu. Tetapi isinya tetap relevan dan sepertinya tak berubah menjadi larangan membuka masker saat makan.
Meski ada larangan makan di tempat terkait PPKM tetapi aktivitas makan dan minum di luar ruangan atau ruang publik memang tak bisa dihindari sepenuhnya. Karyawan atau pegawai yang bekerja di sektor esensial tetap harus turun ke lapangan. Tidak bisa work from home.
![Tangkapan layar video viral pekerja bangunan dipecat karena melepas masker saat minum (tribunnews.com).](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/07/17/kuli-dipecat-2-60f2d74c1525103e067214d2.jpg?t=o&v=770)
Akan tetapi itu kasusnya satpam perumahan dengan pekerja bangunan, mengapa media lalu mengangkat isu pemerintah melarang masker diturunkan saat makan?
Hal tersebut secara tidak langsung mendiskreditkan pemerintah karena peraturan yang tampak bodoh meski tak sesuai kenyataan. Jika dilakukan orang biasa mungkin bukan persoalan. Akan tetapi ketika ada media dan nama publik figur di situ --dalam hal ini Hotman Paris-- maka masalah menjadi lain.
Dalam konten berita di atas ternyata juga Hotman membuka masker saat makan. Hanya saja ia menariknya saja tanpa melepas atau menurunkan ke dagu.
Sebelum ramai berita tips makan pakai masker di atas, Hotman Paris sempat mengundang dr Lois Owien yang tak percaya corona dalam acara di kanal Youtube yang dipandunya. Meski ada pembanding yaitu dr Tirta tetapi kontroversi seperti itu hanya buang-buang kuota.
Dokter Lois yang tak percaya corona itu banyak pengikutnya. Pemberitaan dan amplifikasi pengaruh lewat acara yang difasilitasi publik figur itu seharusnya dihindari. Sebelum publikasi acara di kanal Hotman Paris meluas, dr Lois sendiri kerap mengunggah kampanye menolak percaya Covid-19 dan vaksinasi lewat akun medso.Â
Sejatinya tanpa harus diangkat di Youtube Hotman Paris ajakan dr Lois itu sudah cukup menjadi bukti pelanggaran. Penangkapan yang dilakukan oleh Kabareskrim itu sendiri tak menyurutkan keyakinan follower-nya. Justru dengan penangkapan itu Lois semakin dianggap benar.
Apa buktinya?
Bukti bahwa orang-orang seperti dr Lois itu punya pengikut fanatik yaitu beredar dukungan untuk dr Lois. Dalam unggahan media yang penulis baca, dr Lois dipadankan dengan Dr Siti Fadilah mantan Menkes sebagai duet pahlawan penolak isu corona.
Berkaitan dengan hal itu media --mainstream-- perlu menulis judul berita dengan hati-hati.Â
Pengaruh media dan publik figur yang luas bisa kontraproduktif dengan keinginan melenyapkan corona secepatnya jika tak mampu menyajikan informasi yang akurat. Pembanding untuk hal apa pun, di sisi lain, saat ini sangat mudah dan berlimpah.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI