Dipandang dari sisi kepentingan warga, kasus Petrus itu punya dua sisi. Sebagai akibat operasi misterius itu tingkat kejahatan relatif menurun karena preman tiarap. Di sisi lain insiden pembunuhan ratusan orang tanpa pengadilan itu juga meresahkan. Seringnya penemuan mayat dalam karung, bukanlah hal menyenangkan bagi warga saat menyambut datangnya pagi.
Saat ini sejarah Petrus sudah banyak hilang dari ingatan publik. Agenda Mahfud MD untuk menguak fakta seputar operasi itu juga tampaknya tak akan banyak yang menagih jika tak segera ditunaikan.
Meski Petrus masih samar-samar kejadiannya tetapi pemberantasan preman dan gali saat ini harus kita apresiasi. Mereka harus ditangkap dan diadili dengan bukti dan saksi. Bukan langsung dihilangkan.
Setelah melalui pengadilan mereka dapat memilih, melanjutkan profesi tukang palak atau kembali ke masyarakat. Jika sudah ketagihan jadi gali maka catatan hitam sebelumnya menjadi rujukan untuk memperberat hukuman.
Sejak Soeharto hingga Jokowi Indonesia masih berkutat dalam kubangan premanisme. Namun cara-cara penanggulangannya saat ini kita dapat melihat adanya perubahan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H