Membantu kami yang akan segera berangkat, Ibu sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Menunya sedikit lebih banyak. Sebelum  berangkat belajar kami wajib mengisi perut dulu. Bahkan kalau kesiangan sekalipun.
Setelah mandi dan sarapan yang diselesaikan secepat kerutinan sehari-hari, lanjut berdandan dengan seragam kebanggaan. Terasa agak makan tempo pada bagian ini.
Puas merapikan pakaian sampai level maksimal, tinggal rambut yang belum disisir. Bimbang, apakah akan ada sedikit perubahan ataukah berubah sama sekali. Tetapi aneh juga dilihat-lihat saat mencoba gaya sisiran baru. Tidak sesuai dengan bayangan. Ya sudah, itu nanti saja.
Hari itu Bapak mengantar sampai ke kelas. Agak keberatan karena rasanya tak perlu Bapak mendampingiku sampai duduk di bangku. Tetapi ternyata banyak juga orang tua siswa yang sepemikiran dengan Bapak.
***
Bangku kuliah itu bentuknya berbeda sama sekali dengan bangku sekolah. Â Desainnya menyatu dengan meja kecil dan bisa dilipat. Sama sekali tak nyaman untuk menulis. Tas atau map ditaruh di kolong yang bisa ditekuk pula.
Tidak ada perubahan jadwal. Prof. Sudrajat yang mengampu filsafat memberikan kuliah awal pada hari pertama saya belajar di kampus itu.
Saat kuliah mulai barulah ketahuan, dibandingkan jumlah pemirsa rupanya kursi di ruang itu kurang tiga. Sudrajat meminta bantuan seorang mahasiswa untuk mengambil kekurangan itu dari ruang sebelah. Ia sendiri membawa satu biji.
Kesan ringan tangan itu begitu mendalam. Sudrajat tak banyak prosedur dan selagi mampu tampaknya tak begitu keberatan untuk membantu. Karena mahasiswa masih baru, Sudrajat memahami  ada kecanggungan dan perasaan bertamu. Karena itu ia berlaku sebagai tuan rumah dan menunjukkan di ruang mana kursi boleh diambil. Â
Slide yang ditayangkan kelihatan sudah dipakai berulang kali. Namun pemaparan Prof Ajat, begitu ia menyingkat namanya, terasa segar karena banyak materi aktual yang sedang hangat dibicarakan. Informasi mendetail dan referensi yang dikutip menunjukkan bahwa beliau tak pernah kekurangan bacaan.
Kuliahnya banyak diselingi pertanyaan. Soal yang diajukan kepada kami lebih sering diawali dengan kata mengapa atau bagaimana. Bukan benar atau salah; A atau B. Karena hari itu baru saja berkenalan, setiap mahasiswa yang menjawab harus menyebutkan nama dan daerah asal.