Kang Emil sendiri secara terbuka saat ini sedang penjajakan memilih parpol untuk  dijajaki sebagai rumah politiknya. Teh botol simbolik di depan foto SBY jangan-jangan cermin kebimbangan pilihan juga antara bergabung dengan PDIP (petahana) atau Demokrat (oposan). Dalam Pilpres 2019 gubernur sekaligus arsitek ini berdiri di pihak Jokowi. Pilpres 2014 mendukung Prabowo.
Status politik Anies Baswedan saat ini --seperti Ridwan Kamil-- yaitu belum berpartai. Lebih mungkin Anies segera bergabung dengan Demokrat daripada masuk PDIP meski itu juga bukan hal yang tabu. Tambahan pula Anies pernah mengikuti  konvensi capres Demokrat, Agustus 2013 .
Karena belum menjadi anggota partai mana pun, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil dapat disebut sebagai ronin politik. Ronin adalah samurai --ksatria Jepang-- yang tidak memiliki atau kehilangan majikan. Samurai sementara itu menunjukkan bahwa ada klan bangsawan atau penguasa yang berperan sebagai majikan yang ia bela dengan setia.
Seandainya Demokrat cukup beruntung dipilih sebagai rumah politik Anies-Ridwan Kamil , maka tambahan dua gubernur ini adalah berkah politik yang luar biasa.
Bergabungnya mereka dapat membantu meningkatkan pamor partai yang saat ini sedang dibangga-banggakan AHY karena beranjak naik. Popularitas meningkat pasca drama politik begal partai dan KLB Deli Serdang beberapa bulan lalu yang melibatkan pejabat istana yaitu KSP Moeldoko.
Bagi masing-masing gubernur, keberadaan parpol sebagai rumah politik bisa menguntungkan atau merugikan.
Keuntungannya jelas yaitu dukungan politik lebih kongkrit. Saat ini Anies dan Kang Emil baru satu periode  memimpin. Menjelang pilgub kedua mereka --atau mungkin pilpres-- faktor dukungan parpol ini  merupakan hal yang esensial.
Kerugiannya yaitu jika strategi politik parpol tidak cocok dengan pandangan --atau kepentingan-- pribadi. Jika hal itu terjadi maka loncat pagar pindah parpol adalah satu hal yang masuk akal. Atau mendirikan partai sendiri jika punya cukup banyak modal.
Masalahnya adalah loncat pagar itu hanya cukup elok jika masa bergabung dengan partai sudah berlangsung cukup lama. Jika baru sebentar jadi anggota terus loncat maka penilaian menurut publik akan kurang bagus.
Oleh karena itu para gubernur ini harus hati-hati dalam memilih partai yang akan menjadi tempat bernaung mereka. Semoga setelah menyeruput segarnya teh botol di Sumedang itu akan memunculkan inspirasi atau ilham parpol yang akan dipilih.***