Dalam pertemuan rutin dengan media, Jokowi menyampaikan banyak hal terkait kinerja pemerintah. Selain membahas hal-hal  yangmenyangkut kabinet dan isu pandemi, Jokowi juga meladeni pertanyaan tentang kondisi politik terkini.
Ternyata pertanyaan yang sama soal wacana presiden tiga periode masih terlontar. Namun demikian Jokowi santai menanggapi dengan jawaban yang sama. Tak ada niat dan minat menjabat presiden tiga kali.
Lalu seperti apakah kriteria presiden menurut Jokowi?
Menjawab pertanyaan wartawan, Jokowi menjelaskan dengan kalimat sederhana, pasaran, dan normatif. Akan tetapi jawaban yang terkesan spontan itu mewakili banyak aspirasi yang berkembang.
Presiden Jokowi (kompas.com, 8/6/2021):
"Tidak ada niat. Tidak ada minat. Mau saya jawab apa lagi? ... Yang muda-muda, yang pintar-pintar banyak. Pilih yang paling baik. Saya sudah usang, sudah jadul (jaman dulu)."
Ada tiga kriteria yang disinggung presiden dalam pertemuan di Istana Bogor. Ketiga kriteria tersebut yaitu:
- Muda
- Pintar
- Baik
Kriteria pertama berkaitan dengan usia, muda. Tetapi muda adalah kata sifat yang relatif sifatnya. Untuk memperjelasnya, Jokowi membandingkan dengan dirinya sendiri yang disebutkan sudah usang  atau jadul.
Jika usia presiden menjadi  patokan  maka politisi yang seangkatannya otomatis masuk kategori jadul. Apalagi yang lebih senior.
Dalam lingkungan partainya, kader-kader potensial yang elektabilitasnya terpantau survei ternyata ada beberapa. Selain  Ganjar Pranowo yang memiliki poin tertinggi, juga ada Puan Maharani, dan Tri Rismaharani.
Dengan meningkatnya penampilan publik Ketum PDIP dan Gerindra  --peresmian patung Bung Karno di Kemenhan dan penganugerahan gelar professor untuk Megawati-- isu Mega-Pro memang otomatis naik daun lagi. Namun Jokowi, seperti kebanyakan pendapat umum, lebih cenderung realistis-optimis melihat bahwa masa depan pemerintahan lebih baik dikelola oleh generasi muda.
Untuk kriteria yang kedua yaitu pintar, pemaknaannnya  dapat dilihat dari sudut pandang kemampuan memegang jabatan publik. Tidak harus lulusan luar negeri  tetapi kemampuan manajerial dan pengambilan keputusan yang jadi ukuran.
Ganjar Pranowo saat ini menjabat gubernur; Puan, Ketua DPR; dan Risma menangani Kemensos. Jabatan publik yang mereka sandang saat ini masih berlangsung. Penilaian prestasi dan pencapaian masih dalam pengamatan.
Di luar kader separtai tetapi masih 1 koalisi, ada Sandiaga Uno Gerindra yang menjabat Menteri Pariwisata. Kemudian yang non-partai ada Erick Thohir yang memimpin BUMN. Jika persoalan umur sedikit dapat ditolerir dengan menghitung calon yang seusia Jokowi maka pilihan semakin banyak.
Kriteria terakhir yang ketiga yaitu baik. Seperti apakah kriteria baik dalam konteks memilih pemimpin negeri?
Soal  kriteria baik ini menyangkut integritas. Yang dapat dilacak yaitu tidak ditemukannya  jejak hitam terkait korupsi, pidana, atau pelanggaran HAM.Â
Di dalam negeri  isu HAM akan gugur seiring fakta rekonsiliasi politik Gerindra dengan koalisi petahana. Di luar negeri yang menjadi indikator adalah Amerika Serikat. Prabowo sempat mendapat ancaman akan diadili jika berani menginjakkan kaki di  bandara negeri adidaya itu. Melalui kunjungannya dalam kapasitas sebagai  Menhan beberapa waktu lalu Prabowo mengirim pesan bahwa isu HAM sudah clear di negeri Paman Sam.
Dengan usia yang akan menginjak angka 72 pada tahun 2024 nanti maka persoalan Prabowo maju pilpres menurut kriteria Jokowi hanyalah tinggal faktor usia. Dua kriteria lain, pintar dan baik, relatif lebih dapat diterima publik dengan bukti elektabilitas yang cukup tinggi.
Akan tetapi tentunya itu baru sampai tahap pencalonan. Soal kalah atau menang tentunya ada di tangan para pemilih nanti. Vox populi, vox dei.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H