Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Menghadapi Kelakuan Tetangga yang Menyebalkan

6 Juni 2021   17:56 Diperbarui: 6 Juni 2021   18:42 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picung, pucung, kluwak, atau kepayang, yang enak disayur tetapi berbahaya jika pengolahannya tidak sempurna (merdeka.com/ jakarta.panduanwisata.com).

Dalam kehidupan sehari-hari, pasang surut hubungan sosial  antartetangga kerap terjadi. Berikut  ini adalah ulasan cara menjaga kehidupan bertetangga menurut pengalaman penulis, melihat teladan dari orang tua sendiri. 

Cara ini pada dasarnya dapat pula diterapkan di dunia maya selama interaksi yang berlangsung melibatkan manusia (bukan dengan bot atau sistem komputer).

Ketika internet belum  ada, orang hidup berdampingan yang paling intens  itu berada dalam lingkungan RT, Rukun Tetangga. Radius  sosial yang dianggap dekat kira-kira 40 rumah. Bisa juga terjadi, warga yang berdekatan ternyata  beda RT atau RW tetapi tetap disebut  tetangga.

Tentang pernak-pernik kehidupan bertetangga ini penulis rasakan perlu untuk merenungkan pengalaman orang tua dulu ketika masih tinggal bersama. Ada kalanya menyenangkan, saling memerlukan; ada kalanya mendapat perlakuan yang kurang atau tidak menyenangkan.

Soal ghibah atau bisik-bisik tetangga --yang kemudian bocor-- tampaknya sudah lumrah. Ada di mana-mana, seperti cerita pendek Bu Tedjo  yang viral itu. Tetapi kadang-kadang hal yang mengganggu itu sifatnya sudah  menyangkut properti atau melanggar teritori yang tak jarang memicu konflik.


Bapak  dulu adalah seorang pegawai negeri. Lebih banyak berurusan dengan kertas dan alat-alat tulis di kantor daripada perkakas pertanian atau pertukangan. Namun bukan berarti benda-benda itu tidak kami punya bahkan cukup lengkap.

Di belakang rumah ada kebun dan kolam. Bapak menyimpan beberapa perkakas di kandang ayam di belakang rumah itu. Karena bukan tukang atau petani tulen, perkakas dan alat pertanian hanya digunakan sesekali. Misal untuk membersihkan kebun, memperbaiki  pagar,  atau menata kolam.

Satu ketika entah apa legitimasinya, cangkul yang ada di kandang tiba-tiba diklaim tetangga sebelah. Ini jelas lokasinya di properti pribadi, bukan zona sengketa  seperti di laut Natuna. Memang ada basa-basi yang terlontar, katanya: daripada nganggur mending dipakai buat kerja! Begitu bahasa tetangga kita yang bekerja sebagai petani itu.

Oleh karena paman petani  ini lebih senior, sang pemilik cangkul pura-pura santuy meski perasaan dongkol  agaknya tak terhindarkan. Cangkul yang dimaksud itu toh diperlukan sewaktu-waktu dan tak bisa diganti dengan parang. Kami sebagai anak-anak mendengarkan saja gerutuan Bapak dan tak begitu peduli  urusan orang tua.

Harga cangkul seberapakah hingga harus dipersoalkan panjang lebar. Akan tetapi masalahnya bukan hanya cangkul saja. Kerap alat-alat pertukangan yang lain dipinjam dan kemudian raib untuk selama-lamanya. Dari si A kemudian dipinjam B, dari B dipinjam C, dan seterusnya sampai Z.

Menghadapi  problem seperti ini orang tua --yang  penulis lihat-- relatif lebih senang misuh-misuh di depan kami daripada komplain di depan pelaku.

Picung, pucung, kluwak, atau kepayang, yang enak disayur tetapi berbahaya jika pengolahannya tidak sempurna (merdeka.com/ jakarta.panduanwisata.com).
Picung, pucung, kluwak, atau kepayang, yang enak disayur tetapi berbahaya jika pengolahannya tidak sempurna (merdeka.com/ jakarta.panduanwisata.com).
Kali lain ada kejadian yang lebih mengganggu.

Sehabis panen picung (pucung, kluwak, keluak, kepayang) seorang tetangga merendamnya sekeranjang  di kolam belakang rumah. Buah kepayang (Pangium edule) itu enak disayur --semacam rawon-- setelah diolah untuk mengurangi kadar sianida yang terkandung. Cara yang lazim yaitu  direndam di air mengalir terlebih dulu.

Efek sianida itu alhasil segera bekerja. Ikan-ikan di kolam pada mabuk kepayang walaupun musim bercinta belum tiba. Untuk menyelamatkan aset agar tidak sia-sia kami pun terpaksa mengangkat para korban yang kleleran di permukaan.  Gara-gara tetangga panen kepayang kami jadi ikut panen ikan. Saya senang  bisa makan sepuasnya.

Tetapi hal itu tak juga memutuskan hubungan diplomatik di antara kita. Perang dingin memang sempat berlangsung walaupun  tidak berubah menjadi pertikaian terbuka. Juga tidak berlangsung lama.

Bukan berarti kami pun lepas dari kemungkinan membuat sesuatu yang tidak menyenangkan tetangga. Akan tetapi selama penulis belum pergi jauh merantau rasanya tak pernah terjadi  perselisihan berat yang  memerlukan mediator sebagai pihak ketiga.

Salah satu kunci penting dari kehidupan bertetangga adalah sikap sabar. Memang terdengar kurang spektakuler dibanding --katakanlah-- mengajukan gugatan atau tuntutan misalnya. Jika secara nilai ekonomis tidak terlalu merugikan lebih baik mengalah daripada mengundang masalah.

Langkah pengamanan sebagai tindakan preventif mungkin lebih bijak.

Dalam kasus di atas, lebih baik  tidak membiarkan barang milik kita terlihat nganggur atau tak bertuan. Kita sebagai pemilik harus menjaga dan menyimpannya hingga aman dari mata tetangga yang gemar patroli. Atau dari jangkauan orang-orang yang lewat.

Komunikasi verbal penting juga untuk mencegah kejadian tak diinginkan. Bisa secara lisan menggunakan bahasa yang baik, atau lewat tulisan.

Jika ada orang buang sampah di halaman atau kebun kita, bersihkan saja. Setelah itu buat pengumuman  pakai plang: Dilarang buang sampah di sini kecuali ... mau bayar! Tidak perlu sarkastis, yang penting ada penjelasan.

Kiat menjaga kehidupan bertetangga agar baik-baik saja (Gambar dari kompas.com/ domain.com.au).
Kiat menjaga kehidupan bertetangga agar baik-baik saja (Gambar dari kompas.com/ domain.com.au).
Selain langkah-langkah tadi, pendekatan soft power dapat pula dilakukan. Bukan dengan pasang stiker TNI atau Polri di jendela depan seperti yang suka ada di warung atau angkutan  umum. Cukup dengan silaturahmi ke kiri dan kanan rumah secara berkala. Jika memungkinkan, saling berkirim makanan ala kadarnya.

Ikhtiar terakhir yang penting yaitu pengamanan spiritual  melalui doa yang kita panjatkan kepada Tuhan. Bagaimanapun penguasa hati manusia itu adalah Dia yang memegang setiap ubun-ubun kepala.

Bagi orang Islam satu doa pernah diajarkan oleh  Nabi SAW agar terhindar dari perbuatan tetangga yang buruk. Bunyinya:

Allahumma inni a'udzubika min yaumis su' wa min lailatis su' wa min sa'atis su' wa min shahibis su' wa min jaris su' fi daril muqamah.

"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk. Teman yang buruk, dan dari tetangga yang buruk di tempat tinggalku (HR Thabrani)."

Demikianlah beberapa cara yang dapat kita usahakan untuk menghadapi dinamika kehidupan bertetangga. Jika dengan cara tersebut masih terjadi gangguan, kita tetap harus berbaik sangka dan introspeksi. Barangkali itu adalah  jalan Tuhan memberikan  pahala lewat jalur sabar kepada.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun