Panglima TNI mengangkat Mayjen Dudung Abdurrachman sebagai Pangkostrad (Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat). Dudung merupakan salah satu dari 80 perwira TNI yang mengalami rotasi dan mutasi melalui surat keputusan yang ditandatangani Marsekal Hadi Tjahjanto kemarin (kompas.com, 25/ 5/2021).
Jabatan Pangkostrad dalam lingkungan TNI AD termasuk jabatan bergengsi. Beberapa nama yang pernah menjabat berikut sudah cukup menjadi contoh: mantan Presiden Suharto, mantan Panglima TNI Wiranto, Menhan Prabowo Subianto.
Penasaran mengemuka, apa rahasia prestasi sehingga mantan loper Koran ini jadi Pangkostrad?
Bukan penasaran dan prestasi yang misterius sebenarnya. Mayjen Dudung kelahiran Bandung ini naik panggung media ketika berjibaku memberantas baliho saat masih menjabat Pangdam Jaya. Betul, menurunkan baliho dan spanduk yang bertebaran di Jakarta belum lama waktu berselang. Panser TNI sampai turun mengaspal di jalanan ibu kota.

Rizieq Shihab (kompas.com, 20/5/2021):
"Namun mungkin Pangdam Jaya tidak punya nyali, sehingga kelasnya memang hanya setingkat memerangi baliho saja. Wallaahu a'lam."
FPI memang pantas marah karena balihonya dicopoti Dudung hingga ke akar-akarnya. Yang terjadi di Jakarta kemudian meluas ke daerah-daerah.Â
Di berbagai kota, spanduk dan baliho FPI dan ormas terafiliasi menjadi sasaran karena dianggap provokatif. Sebagian karena dianggap ilegal dan tidak membayar retribusi ke kas daerah. Baliho tersebut bermunculan seiring dengan rencana penyambutan kepulangan pimpinan FPI Rizieq Shihab dari Saudi Arabia.
Persoalan baliho provokatif memang sempat menggejala. Satpol PP kehabisan akal  menurunkan di samping karena terus bermunculan juga karena segan berususan dengan ormas. Begitu juga polisi, sehingga akhirnya TNI ikut membantu. Di beberapa lokasi penurunan paksa baliho tersebut diwarnai ketegangan dengan warga yang tidak terima.

Setelah Dudung ikut campur urusan baliho nyatanya tidak terjadi apa-apa. Masyarakat juga malah mengapresiasi. Ratusan karangan bunga tanda suka mengalir ke Kodam Jaya sebagai wujud terima kasih warga. Apa yang ditakutkan akan terjadi konflik TNI vs. umat nyatanya tidak terjadi.
Begitu juga pada babak berikutnya ketika FPI dibubarkan dan pengurusnya dipanggil satu per satu. Tidak ada pembelaan yang berarti dari 'jutaan' massa umat yang diklaim sebagai anggota atau simpatisan. Ketakutan itu seperti hanya imajinasi saja. Imaji itu yang kemudian diamplifikasi oleh media dan medsos serta perwujudan dalam bentuk baliho-baliho yang gagah terpancang di tikungan dan persimpangan jalan.
Dudung berhasil mematahkan berhala narasi baliho yang merasuk dalam pikiran seolah-olah nyata padahal tidak. Aksi itu juga menunjukkan kepada masyarakat bahwa TNI-Polri solid mendukung pemerintah melawan intoleransi dan radikalisme. Kesolidan TNI-Polri menumbuhkan kepercayaan hadirnya negara untuk menghadapi dominasi ormas.
Kita mengapresiasi prestasi tersebut dan kepercayaan Panglima TNI kepada Mayjen Dudung untuk menjadi Pangkostrad adalah pantas. Dengan lingkup tanggung jawab yang lebih besar semoga Pangkostrad Dudung dapat berprestasi dan bermanfaat lebih banyak lagi.
Selamat bekerja Mayjen Dudung Abdurrachman! Semoga sukses.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI