Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengulik Keampuhan Vaksin Nusantara Terawan yang Digugat IDI

14 April 2021   20:37 Diperbarui: 15 April 2021   15:21 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bentuk resistensi itu bisa berupa penggumpalan sel darah (koagulasi) seperti yang terjadi dalam kasus AstraZeneca. Persentasenya memang sangat kecil yaitu  penerima vaksin yang memiliki golongan darah tertentu yang langka atau para penyandang komorbid tertentu.

Dokter Terawan (detik.com, 4/3/2021):

"Sejak 2015 saya sudah mengembangkan proses cell dendritic vaccine di cell cure center RSPAD Gatot Subroto sehingga ini terus berkembang sehingga begitu ada ide untuk dendritik vaksin untuk COVID-19, gayung jadi bersambut." 

Lantas bagaimana pula dengan keluhan IDI soal keamanan vaksin Nusantara?

Persoalan ini agaknya berkaitan dengan sejarah panjang hubungan Terawan dengan IDI. Sudah bukan rahasia hubungan Terawan-IDI kurang begitu harmonis. Aspek non-teknis ini yang kemudian berpengaruh ke dalam proses administrasi menyangkut izin pengembangan dan peredaran terkait prosedur uji klinis.

Menurut IDI, pengembangan Nusantara belum melalui uji klinis yang memadai. Sementara itu di sisi lain Terawan mungkin kurang begitu sreg mengurus perizinan admistrasi ini terkait masalah hubungan sosial-profesional yang mendahuluinya.

Vaksin Nusantara diketahui sudah melewati fase uji klinis tahap 1 RS Karyadi, Semarang. Setelah itu, vaksin yang sebelumnya  bernama Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang?) ini kemudian mengalami beberapa masalah. Di antara sederet keruwetan yaitu mundurnya pihak UGM yang merasa tidak dilibatkan tetapi namanya dicatut. Begitu juga dengan izin BPOM untuk melanjutkan uji klinis tahap 2 bagi  vaksin ini.

Seandainya relasi Terawan-IDI baik-baik saja, nasib vaksin Nusantara mungkin tidak serumit sekarang ini. Pertimbangannya, selain memiliki beberapa keunggulan, vaksin ini juga merupakan ikhtiar kita sendiri untuk melawan pandemi.

Soal efikasi jelas tak akan 100% ampuh seperti juga vaksin-vaksin lainnya. Namun dengan efikasi yang rendah pun bagi orang-orang tertentu mungkin akan memberikan efek yang lebih baik. Persoalannya kembali ke uji klinis dan ... menyangkut hubungan  relasi-profesional yang non-teknis tadi.

Mudah-mudahan segera ada solusi untuk soal-soal non-teknis ini.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun