Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ironi Data Teror ke-552 Bom Katedral Makassar, Terpantau Sejak 2015

30 Maret 2021   06:12 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:35 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi serangan teror dari masa ke masa sejak era Gus Dur hingga Jokowi yang dirilis Tim Lab 45 (www.lab45.id).

Aksi serangan teror dari masa ke masa sejak era Gus Dur hingga Jokowi yang dirilis Tim Lab 45 (www.lab45.id).
Aksi serangan teror dari masa ke masa sejak era Gus Dur hingga Jokowi yang dirilis Tim Lab 45 (www.lab45.id).
Rangkaian penangkapan dan deradikalisasi memang terus berjalan. Pasca bom meletus seperti yang terjadi di Katedral Makassar kemarin, aparat terus berjibaku mengurai jaringan pelaku. Jaringan Bekasi digerebek, ada 4 yang diciduk. Sel-sel di Bima NTB juga digeledah, ada 4 yang dibawa. 

Sebelum kejadian pun sejumlah terduga  dibekuk aparat. Pada bulan Januari lalu Densus 88 dan Polda Sulsel berhasil meringkus 20 orang terkait indikasi jaringan teror.

Merujuk pada data BIN bahwa ada ratusan peserta baiat ISIS di Sudiang tahun 2015 itu membuktikan bahwa sejak 2000 potensi teror masih tinggi. Selama 6 tahun itu berapakah yang sudah terungkap? Adakah yang ikut deradikalisasi? Kemudian, masih ada berapa lagi yang masih di luar sana?

Ketika 2015 itu indikasi aktivitas jaringan sudah tercium mestinya respons sepadan segera dilakukan untuk mengejar data individu dan pergerakan mereka. Sejauh apa penanaman ideologi teror terbentuk perlu diulik. Jaringan ke atas, ke bawah, dan relasi horizontal-lateral perlu dikaji.

Namun nyatanya tahun 2019 lalu Menkopolhukam Wiranto dan rombongan kena imbasnya pada waktu kunjungan ke Lebak, Banten . Wiranto menjadi korban serangan yang dilakukan sepasang suami istri.

Budi Gunawan, Kepala BIN (merdeka.com, 20/10/2019):

"Dari dua pelaku ini, kita sudah bisa mengindentifikasi bahwa pelaku adalah dari kelompok JAD Bekasi. Kita tahu bahwa saudara Abu Rara ini, dulu adalah dari sel JAD Kediri, kemudian pindah. Sudah kita deteksi pindah ke Bogor, kemudian karena cerai dengan istri pertama pindah ke Menes."

Temuan yang terungkap menunjukkan bahwa pelaku bom Katedral Makassar dengan pelaku penusukan Wiranto di Menes, Lebak, itu ternyata sama-sama terafiliasi  Jamaah Ansharud Daulah, JAD. Aksinya juga serupa, tandem suami-istri yang menikah tak lama sebelum hari H.

Sejauh ini aparat mungkin sudah menangkal sekian puluh atau ratus rencana aksi, tetapi yang 2 tadi ternyata masih lolos juga. Selain JAD memang ada pula kelompok-kelompok lain yang masih berkeliaran dan menunggu kesempatan. Namun data Lab 45 menunjukkan bahwa JAD lebih aktif pada masa Jokowi.

Saran pencegahan, kontra-wacana

Pemerintah selain harus bekerja keras mengulik data potensi dan pergerakan pelaku, perlu  juga harus memikirkan tindakan pencegahan. Pasutri Abu Rara dan istri sebelum beraksi melakukan serangan terhadap rombongan Wiranto ternyata sudah dipantau selama 3 bulan.

Soal data kependudukan pemerintah juga perlu memiliki data lengkap dan solid terkait potensi personal yang terindikasi. Tak hanya data pribadi tetapi juga catatan perkawinan dan jejak perpindahan/ migrasi.

Selain tindakan kuratif mengatasi permasalahan yang sudah kadung terjadi, saran pengamat penting didengar dan diwujudkan untuk membendung transformasi gagasan teror. Penangkapan massal oleh aparat belum tentu sebanding dengan gerak cepat perekrutan yang dilakukan para pelaku teror. Perlu dilakukan kontra-wacana untuk melawan ideologi teror trans-nasional.

Al Chaidar, pengamat terorisme Unimal (bbc.com, 28/3/2021):

"Pemerintah dalam hal ini sepertinya tidak punya imajinasi untuk membendung ideologi itu. Padahal banyak ahli keagamaan seperti di UIN, UI, UGM yang memiliki kemampuan untuk counter-discourse."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun