Di luar jam kerja, otak iseng Antonie telah membuat dirinya tergerak mengamati benda-benda renik selain serat-serat kapas, sutra, dan wol. Tetes air hujan, air comberan, air jerami, helai rambut, dan serangga-serangga kecil diperiksa di bawah lensa yang diasahnya sendiri hingga memiliki daya pembesaran 270 kali.
Seandainya Antonie ini guru IPA pasti wajar melakukannya. Tetapi dia adalah pedagang kain yang begitu serius menyelidiki kehidupan mikro.
Berkat iseng-iseng itu Antonie van Leeuwenhoek akhirnya ditabalkan sebagai pelopor penemuan mikroskop. Ia juga diakui sebagai salah satu peletak dasar-dasar mikrobiologi modern yang berperan penting hingga zaman Covid-19 sekarang ini. Jika para pedagang kain di Tanah Abang punya semangat seperti Antonie kita boleh berharap akan lahir ilmuwan besar dari Indonesia.
Begitulah sepenggal kecil lika-liku bagaimana proses sekeping pengetahuan bisa terungkap. Tidak semua berasal dari eksperimen di laboratorium yang dingin atau ruang kuliah para guru besar. Hal-hal kecil di sekeliling kita pada dasarnya adalah sekumpulan fenomena yang berhubungan satu sama lain lewat labirin-labirin tersembunyi.
Kebalikannya dapat terjadi sebagai sebuah konsekuensi. Suatu produk teknologi yang dianggap hebat satu waktu mungkin gagal bekerja gara-gara perkara remeh yang tak terduga. Dan sialnya, pada saat-saat genting itu para overthinker kebetulan pas sedang gagal berpikir over. Atau justru peringatan mereka diabaikan.
Penyebab kebocoran ditengarai akibat gasket melingkar atau cincin-O yang mengunci salah satu roket pendorong retak. Persoalan mengapa sampai onderdil ini tidak bekerja adalah sesuatu yang kemudian disesali.
Pada waktu Challenger diluncurkan, suhu udara berada pada kisaran 31 Fahrenheit atau -0,5 Celcius. Suhu tersebut cukup dingin untuk memicu keputusan insinyur yang overthinking, Allan McDonald, menolak rekomendasi peluncuran. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan segel cincin-O, hanya saja ia tak punya data faktual bagaimana kinerja benda itu pada suhu di bawah 53 Fahrenheit. Jika mau aman peluncuran Challenger memang harus ditunda.
Begitu berharganya sebuah pemikiran kritis yang sering dianggap sebagai gejala overthinking. Soal penting atau sepele itu adalah kata sifat yang subjektif. Sikap overthinking kadang kala menjadi pemandu untuk membuktikan  secara (lebih) objektif bahwa sesuatu itu memang penting atau tidak.
Dalam proses pembelajaran, alangkah ruginya jika dinamika pemikiran atau volatilitas nalar siswa dibatasi dalam sebuah box oleh orang tua, guru, atau sekolah. Begitu pula dalam kehidupan nyata saat kebebasan dan kreativitas dikebiri oleh institusi, komunitas, atau bahkan negara.