Motif Jokowi memperjelas kampanyenya lewat contoh tentu terkait tenggat. Harus habis-habisan sebelum terlambatnya kejauhan. Akibat pandemi Covid-19 selama setahun ekonomi terpuruk. Duit habis.
Kalau tidak menekan jor-joran beli produk asing akibatnya keseimbangan ekspor-impor berat sebelah. Miringnya ke sana. Boros anggaran, defisit di kita. Ini beban secara politik.
Sinyal dari pernyataan menko Luhut penting untuk dibaca Demokrat. Uruslah urusan kalian sendiri, urusan kami sudah banyak.
Jadi, hingga nanti wacana kudeta hilang dengan sendirinya dari pasaran, Demokrat harus puas dengan jawaban-jawaban sekadarnya dari Mahfud MD, Yasonna, atau Humas Polri. Jangan terlalu berharap lebih, nanti kecewa.
Keterlibatan KSP Moeldoko yang dilematik paling tinggi hanya sampai isolasi risiko. Reshuffle bukan persoalan.Â
Bisa juga Moeldoko dipertahankan, supaya Demokrat mendongkol sampai 2024 nanti. Toh yang aktif pendekatan dari Demokrat sendiri.
Meskipun Jokowi masih enggan menggubris, Demokrat tak perlu berkecil hati.Â
KLB Deli Serdang nyatanya bisa membuat kader terpanggil. Mau repot-repot ikut mimbar bebas walau cuma di pekarangan. Ini menunjukkan bahwa denyut nadi partai masih berdetak. Yang tadinya tak punya alasan berkomentar jadi punya. Yang tadinya mingkem melulu sekarang jadi termotivasi untuk buka mulut.Â
Lumayan, hal-hal seperti itu juga merupakan bentuk kemajuan. Seberapa besar efeknya, tunggu sampai survei membuktikan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H