Jika memang tak punya uang lebih yang bersumber dana pribadi atau partai ya tak usahlah bermimpi namanya diabadikan secara instant seperti itu. Kalau memang berprestasi luar biasa, jangankan presiden, orang biasa pun pasti akan mendapatkan tempat terhormat di hati rakyat.
Jika kebiasaan menggunakan dana publik untuk agenda pribadi atau golongan sudah menetap maka hal itu dapat mendukung kecenderungan perilaku koruptif. Tak dapat terbayangkan pula jika nanti terjadi perlombaan dan ruang publik disesaki bangunan-bangunan atas nama pejabat yang belum tentu penting dikenang.
Soal prestasi dan legacy seorang pejabat, jika ukurannya menggunakan sudut pandang kelompok sendiri tentu saja hebat. Tetapi jika menggunakan pendapat umum penilaian tersebut bisa saja keliru.
Berkaitan dengan hal itu secara etis mengabadikan nama pejabat agaknya lebih elok dilakukan oleh generasi sesudahnya. Apalagi jika menyangkut anggaran yang berasal dari negara atau dana publik, faktor objektivitas harus diutamakan.
Tentang museum SBY-ANI dan Grha Megawati itu intinya boleh-boleh saja, sejauh itu dibangun dengan uang dari kantong sendiri. Kalau tak mampu bisa melalui patungan dari donator-donatur partai sendiri. Mau dikenang itu mahal, perlu usaha dan harus ada modal juga.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H