Jika Trump memenangkan pilpres lagi maka Slovenia akan turut berbangga. Istri Trump yaitu Melania yang berasal dari Slovenia otomatis akan menjadi FLOTUS untuk periode kedua: First Lady of The US.
Ternyata pemenangnya adalah Joe Biden. Perolehan suara yang dikumpulkan sudah mencapai 290 suara, sementara Trump baru 214. Penghitungan hasil pemilu memang baru 98% saat tulisan ini dibuat; tetapi Biden sudah melewati syarat minimal yaitu 270 suara.
Bukan Slovenia kali ini tetapi giliran India yang mengalami euforia.
Kamala Devi Harris sebagai wapres dari kandidat terpilih adalah tokoh politik yang memiliki darah India meski lahir di Oackland, 20 Oktober 1964. Ibu kandung senator asal California tersebut, Shyamala Gopalan, adalah imigran kelahiran Chennai, India. Sementara ayahnya, Donald Harris, adalah imigran asal Jamaika.
Tidak heran jika warga India-Amerika menumpahkan dukungannya untuk Kamala. Indiaspora --sebutan India perantauan-- merasa ikut memiliki dan terwakili oleh sosok Kamala yang meraih puncak tertinggi jabatan dalam pemerintahan Amerika.
Dukungan India sebenarnya cukup dekat kepada kandidat petahana. Di tengah pesimisme dunia yang menyangsikan kepemimpinan Trump, India adalah negara yang termasuk memberikan banyak dukungan selain Israel, Philipina, dan Polandia.
Hasil jajak pendapat di India menunjukkan bahwa sekitar 56% responden mengharapkan Trump kembali berkuasa. Bandingkan dengan Jerman sebagai sekutu dekat Amerika yang hanya percaya 13%. Atau tetangga sebelah Paman Sam, Mexico, yang mentok di angka 8% (foreignpolicy.com, 06/11/2020).
Kepercayaan India atas kepemimpinan Trump terbangun lewat hubungan baik yang dijalin dengan PM Narendra Modi. Kunjungan Trump ke India Februari lalu mendapat sambutan hangat pula dari rakyat India.
Tetapi Trump akhirnya kalah dan Biden yang menang. Namun demikian India toh senang juga karena Kamala Harris bisa dikatakan menjadi wakil India di Gedung Putih.
Pada masa kampanye pemilu berlangsung sengit di Amerika, banyak warga India yang ikut memajang poster-poster Kamala di tempat-tempat umum. Jadi dengan tingginya kepercayaan India kepada Trump di satu sisi dan naiknya sosok Kamala Harris mendampingi Biden seolah membuat Pilpres AS sebagai perhelatan all Indian final. Siapa pun presidennya, India akan tetap merasa menang.
Sebelumnya, dalam Pilpres 2016 Hillary Clinton yang digadang-gadang akan menjadi presiden perempuan pertama Amerika. Akan tetapi meski popularitasnya tinggi melampaui lawannya, Donald Trump, hasil akhir electoral vote berkata lain. Suara Hillary Clinton tumbang dibandingkan Trump dengan skor 227 - 304
Selain Kamala Harris cukup banyak tokoh berdarah India yang berhasil sukses menduduki berbagai posisi penting.Â
Pichai Sundarajan atau populer dipanggil Sundar Pichai, adalah ahli komputer kelahiran Madurai yang menjadi CEO Google. Kemudian ada pula DJ Patil yang menjadi Chief Data Scientist di US Office of Science and Technology atau semacam Menkominfo di Indonesia. Inisial DJ adalah kependekan dari Dhanurjay, bukan disc jockey.
Berbicara soal hubungan India dengan Amerika, juru bicara Kemenlu India Anurag Srivastama mengatakan bahwa kerjasama bilateral kedua negara memiliki landasan yang kokoh. Ia meyakini kemenangan Biden sama baiknya bagi kelanggengan hubungan kedua negara di bidang pertahanan juga ekonomi dan perdagangan.
Secara geopolitik India bertetangga dengan Pakistan dan China yang sarat konflik terutama menyangkut sengketa perbatasan.Â
Insiden berdarah antara tentara India dengan China bulan Juni lalu di Himalaya masih membara dan sewaktu-waktu dapat tersulut lagi. Dalam bentrok fisik yang mematikan 20 tentara India tewas sementara dari pihak China tidak diketahui.Â
Belum lagi menyangkut persaingan kepemilikan hulu ledak nuklir. India senantiasa waspada, baik terhadap China maupun Pakistan, yang sama-sama memiliki senjata pemusnah massal tersebut.
Aliansi strategis antara India dengan Amerika adalah keniscayaan dan saling menguntungkan. Amerika juga sangat membutuhkan India sebagai mitra untuk menghadapi China. Oleh karena itu Amerika tidak bisa berbuat banyak ketika India membeli alutsista dari Rusia.
Tahun lalu India sepakat menyelesaikan transaksi pembelian S-400 Triumf dengan Putin seharga US$ 5,43 miliar. India adalah negara pembeli rudal made in Russia itu selain Belarusia, Turki, dan China.
Apa boleh buat, S-400 diyakini sebagai sistem rudal pertahanan yang lebih baik dibanding rudal Patriot buatan AS. India tidak ingin keselamatan wilayah perbatasan menjadi rentan karena China telah berhasil memiliki S-400 lebih dulu tahun 2014.
Kemenangan Joe Biden secara telak atas petahana Presiden Donald Trump agaknya tidak akan berpengaruh banyak terhadap hubungan India dengan Amerika. Bahkan mungkin relasi kedua negara akan meningkat setelah "duta" India Kamala Harris berhasil menjadi wapres Amerika Serikat.
Status Kamala juga tidak kaleng-kaleng sebatas pendamping suami seperti Melania Trump yang berasal dari Slovenia. Jabatan Harris jauh lebih powerful dan prestisius di negara adidaya tersebut. Setelah ini ada peluang berlanjut menuju kursi POTUS dalam pemilu mendatang tahun 2024: President of The United States of America.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H