Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Narasi Peci Putih Gatot Nurmantyo, Niat Menyelamatkan atau Justru Menjerumuskan?

18 Oktober 2020   17:22 Diperbarui: 18 Oktober 2020   19:52 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Gatot Nurmantyo (berpeci putih) saat menghadiri aksi massa tanggal 02 Desember 2016 (tribunnews.com).

Gatot Nurmantyo yang jenderal (purnawirawan) dan mantan panglima dengan enteng digiring dan diatur oleh pejabat Dandim. Kunjungan itu dianggap ilegal karena tidak berizin dan melanggar protokol pandemi yang saat ini diberlakukan pemerintah.

Pasca-penangkapan 9 petinggi KAMI gelagat Gatot yang sedang terjepit juga sangat kentara.

Tiba-tiba ia memuji omnibus law padahal narasi dalam aksi-aksinya selama ini cenderung berlawanan dengan pemerintah. Bahkan ada pula yang tidak nyambung sama sekali secara kontekstual, semangat memanas-manasi isu kebangkitan PKI meski barangnya tidak ada.

Narasi peci putih; melunaknya statement Gatot Nurmantyo; dan penangkapan 9 kawan-kawannya di KAMI samar-samar seperti tampak ada utas benang merah.

Menceritakan (kembali) simbol peci putih dalam peristiwa 4 tahun silam, aksi 212, seperti isyarat Gatot mengharap dukungan. Semacam proposal bantuan alternatif kepada PA 212 setelah menyadari pengaruhnya sebagai mantan panglima ternyata tidak begitu berarti. Kurang atau bahkan tidak berwibawa lagi di hadapan jajaran TNI-Polri saat ini.

Wajar jika mengingat kegaduhan-kegaduhan yang ia alami saat menjadi panglima dulu. Gatot kerap berselisih paham, antara lain dengan menhan dan kapolri.

Jika dirinya terseret dalam kasus KAMI maka PA 212 diharapkan mengingat kembali peci putih yang ia kenakan. Harapannya mungkin seperti itu, ada aksi massa bela KAMI.

Tentang pernyataannya yang tiba-tiba memuji omnibus law juga bisa ditafsirkan sebagai strategi lain secara paralel.

Seperti isyarat Gatot untuk mundur perlahan-lahan atau cuci tangan dari manuver sebelumnya yang secara frontal berlawanan dengan arahan pemerintah. Terang-terangan mengumpulkan massa beberapa kali --dengan isu yang tidak kontekstual-- jelas kontradiktif dengan protokol pandemi yang sedang ditegakkan mati-matian oleh Satgas Covid-19.

Dua langkah yang diambil Gatot tersebut berlawanan arahnya dan terkesan setengah hati; baik bagi rezim petahana juga buat PA 212. 

Manuver Jenderal Gatot semakin berisiko setelah FPI yang menjadi komponen penting kelompok 212 terlilit masalah baru. Sebagai politisi, Gatot cenderung bertindak ceroboh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun