Senada dengan Zuhair, Meutia Hatta menyampaikan klarifikasi kehadiran dalam acara KAMI. Â
Sebagai putri proklamator yang didapuk untuk membaca teks proklamasi --dalam suasana HUT RI pula-- tentu relevan dan dapat dipahami jika Meutia datang. Namun ternyata Meutia yang hadir bersama suaminya Sri Edi Swasono menyadari ada ketidaksinkronan antara undangan dengan kenyataan acara yang terjadi. Meutia secara hati-hati mengatakan bahwa ia tidak terlalu mengerti konsep acara yang diselenggarakan KAMI.Â
Meski direpotkan dengan urusan klarifikasi, Meutia Hatta terhitung bernasib mujur. Ia tidak dicap gagal paham baca undangan oleh Din Syamsuddin seperti halnya Dubes Palestina Zuhair Al-Shun.
Dubes Palestina diminta pulang
Nahas yang dialami Dubes Palestina belum habis selesai rupanya.
Masih dalam suasana HUT RI dan peringatan Tahun Baru Hijriah Dubes Palestina harus menghadapi hal yang tidak menyenangkan berikutnya. Setelah dicerca Din Syamsuddin karena  dianggap tidak saksama, DPR menyusul pula dengan tuntutan agar ia dipulangkan.
Politisi Komisi I DPR dari PKB Abdul Kadir Karding meminta pemerintah memulangkan Zuhair. Seirama dengan PKB, Syaifullah Tamliha menyebut bahwa Zuhair melanggar aturan protokol. Oleh karena itu  kader PPP itu meminta pemerintah mengajukan usulan penggantian dubes kepada Palestina (detik.com, 20/08/2020).
DPR menilai tidak seharusnya dubes menghadiri acara politik. Mereka tidak percaya pernyataan Zuhair tidak paham undangan penyelenggara acara KAMI.
Selain DPR, Guru Besar UI Hikmahanto Juwana meminta hal yang sama. Namun berbeda dengan para politisi Senayan, Hikmahanto tidak menuntut pemerintah Indonesia tetapi langsung menyasar pemerintah Palestina agar merotasi dubesnya (tribunnews.com, 20/08/2020).
Dengan berbagai respon yang tidak bersahabat tersebut rasanya lengkap sudah derita Zuhair Al-Shun. Dicela bersikap ceroboh oleh pengundang, Din Syamsuddin; disuruh pulang DPR; dan dilaporkan ke negaranya sendiri oleh Hikmahanto Juwana.
Apa tidak keliru, bukankah sumber masalah adalah Din Syamsuddin dan kawan-kawan, tetapi mengapa justru duta besar orang lain yang digebuki ramai-ramai?Â