Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Catatan Covid-19, Reformasi Sistem Kesehatan Nasional Mendesak!

8 Juni 2020   16:25 Diperbarui: 9 Juni 2020   20:28 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dalam pameran alat kesehatan produk dalam negeri di Istana Merdeka (Biro Pers Sekretariat Presiden).

Masalah yang perlu kita cermati adalah peringkatnya, menyangkut perbandingan relatif dengan negara lain.

Dengan score 6% per total kasus positif corona, kita berada pada ranking 23! Sangat jauh dengan peringkat jumlah kematian per 1 juta populasi yang berada di posisi 108 tadi.

Sebagai bahan tambahan ada baiknya kita periksa juga jumlah uji corona, baik rapid test maupun uji swab dengan PCR.

Total jumlah uji corona yang sudah kita lakukan yaitu 405.992, yang berarti ranking ke 40 dunia. Tetapi, jika dihitung per 1 juta penduduk angka tersebut masih jauh dari harapan. Dengan skor 1.485 tes/ 1 juta penduduk, Indonesia ada di posisi 163 dunia. Sementara Bangladesh sebagai perbandingan berada di peringkat 152, dengan catatan jumlah tes yaitu 2.418/ 1 juta penduduk.

Dari catatan statistik yang disajikan worldometer di atas beberapa kesimpulan dapat kita catat sebagai berikut.

Virulensi dari strain virus SARS-Cov-2 yang ada di Indonesia sebenarnya lebih ringan dibanding negara lain. Atau jika kita balik logikanya, imunitas kita relatif lebih baik untuk menghadapi penyakit Covid-19 ini. Perlu waktu untuk membuktikan secara ilmiah, dari strain jenis apakah virus corona yang merajalela di antara kita.

Angka kasus positif di Indonesia yaitu 114/ juta penduduk berada jauh di bawah rata-rata dunia, 909/ juta penduduk. Jika kita pukul rata berbagai aspek --misal layanan kesehatan, indeks kesejahteraan, kepatuhan protokol PSBB-- posisi 160 dari 213 negara tidaklah buruk-buruk amat.

Namun mengapa tingkat kematian penduduk yang positif corona sangat tinggi? Berada di ranking 23 dari 213. Angka tersebut terlalu tinggi, nyaris berada pada 10% kelompok terburuk.

Belum lagi jika kita menelusuri lebih jauh dengan menghitung jumlah korban tenaga medis (termasuk dokter) yang cukup tinggi. Apakah tingginya kematian nakes itu merupakan bagian dari buruknya sistem kesehatan nasional, atau apakah berkaitan dengan kualitas pendidikan sumber daya manusianya? Pemerintah harus mencari tahu persoalan pokoknya.

Evaluasi dari pemerintah sendiri beberapa waktu lalu perlu kita apresiasi. Catatan buruk di bidang kesehatan adalah akumulasi berbagai sistem lain yang telah berlangsung dalam hitungan dekade.

Semakin meratanya pelayanan kesehatan melalui BPJS ke seluruh lapisan masyarakat adalah langkah maju dibandingkan dahulu yang hanya menjangkau PNS dan TNI saja. Akan tetapi tingginya beban ekonomi pelayanan kesehatan masih perlu ditekan dan kualitasnya dapat ditingkatkan. Satu-satunya jalan adalah lewat efisiensi sistem secara keseluruhan.

"Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat. Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri." Menteri BUMN Erick Thohir (kompas.com, 18/ 04/ 2020):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun