Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penangkapan Ravio, Serangan terhadap Stafsus Milenial atau Pembungkaman Aktivis?

24 April 2020   07:21 Diperbarui: 25 April 2020   13:40 2918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ravio Patra (thejakartapost.com - Facebook/Ravio Patra).

Polda Metro Jaya menangkap Ravio Patra, 22 April 2020, atas tuduhan penghasutan untuk melakukan tindak kekerasan pada tanggal 30 April 2020 nanti.

Penangkapan tersebut kemudian berbuntut panjang karena menyangkut banyak hal lain yang cukup kompleks. Pertama, terciduknya Ravio berbarengan pula dengan penangkapan warga negara Belanda yang menumpang kendaraan Corp Diplomatic Kedutaan Belanda. Kedua, menyangkut isu konflik kepentingan Staf Khusus Milenial (lagi) yaitu Billy Mambrasar. Kemudian yang ketiga menyangkut keamanan aplikasi whatsapp.

Keterangan Polda Metro Jaya

Humas Polri Brigjen (Pol) Argo Yuwono menjelaskan bahwa penangkapan Ravio dilakukan berdasarkan laporan saksi berinisial DR. Menurut saksi tersebut ia menerima pesan via whatsapp yang berisi ajakan untuk melakukan penjarahan dan pembakaran pada tanggal 30 April nanti (kompas.com, 23/04/2020).

Polri atas laporan itu kemudian bergerak cepat. Hasil penelusuran nomor telepon menuntun pada pemilik akun yaitu Ravio yang kemudian berujung penangkapan dirinya di  daerah kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Seorang WN Belanda berinisial RS kemudian ikut ditangkap sesaat sebelum naik mobil bernomor korps  diplomatik kedutaan. Argo Yuwono tidak menjelaskan siapa RS dan bagaimana hubungannya dengan Ravio Patra.

Pihak Ravio sendiri mengatakan kepada polisi --yang diperkuat keterangan Damar Juniarto dari SAFEnet-- bahwa akun whatsapp-nya diretas. Selama selang waktu 2 jam akunnya dibobol hacker, Ravio mengaku sama sekali tidak bisa mengakses whatsapp miliknya. Pada saat itu Damar lalu menyarankan Ravio untuk mengungsi ke rumah aman, namun terlambat karena polisi lebih cepat menjemputnya.

Pihak kepolisian belum bisa mengkonfirmasi kebenaran pengakuan Ravio karena untuk membuktikannya perlu penyelidikan forensik oleh Labfor Polri.

Versi KONTRAS di twitter

Terkait dengan kasus Ravio, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) @KontraS memberikan keterangan latar belakang sebelum peristiwa penangkapan.

Kontras menyebutkan bahwa Ravio Patra adalah aktivis yang menyoroti kebijakan pemerintah. Sebelum ditangkap 22/04/2020 antara pukul 21.00-22.00, dan sebelum akun diretas; Ravio diketahui  mengkritik konflik kepentingan Staf Khusus Presiden Billy Mambrasar dalam proyek pemerintah di Papua. Dalam kapasitasnya sebagai Steering Committee Open Government Partnership (SC OGP), Ravio juga mengkritik pemerintah dalam penanganan wabah penyakit Covid-19 melalui media tirto.id.

Selain menyinggung Stafsus Billy Mambrasar, Kontras juga menyinggung artikel di seword.com yang mengangkat topik adanya penghasutan yang dilakukan oleh akun atas nama Ravio. Seword.com adalah platform blogger pro-Jokowi yang kerap berseberangan dengan pihak oposisi dan aktivis yang mendiskreditkan pemerintah.

Dari penjelasan kronologi Kontras kita dapat membagi 3 fase penguasaan akun whatsapp Ravio.

Pertama, sebelum peretasan Ravio sempat mengirim pesan pada Stafsus Billy Mambrasar yang menyatakan bahwa ia tahu adanya konflik kepentingan Billy dalam proyek pemerintah di Papua.

Kedua, fase akun diretas di mana pada saat itu peretas mengirim pesan provokatif mengajak kerusuhan pada sejumlah kontak. Pada fase ini pesan kemungkinan terbaca salah satunya oleh penulis seword.com yang kemudian diangkat menjadi sebuah artikel.

Ketiga, Ravio kembali menguasai akunnya setelah sempat 2 jam jatuh ke tangan pihak yang belum diketahui identitasnya. Pada  fase terakhir itu Ravio menemukan sejumlah kejanggalan antara lain pesan SMS pengiriman OTP (One Time Password) yang menunjukkan adanya login dari handphone lain.

Sanggahan atas pangakuan Ravio dan Kontras

Meskipun penjelasan kronologi peretasan yang disampaikan Kontras dan Damar Juniarto cukup runtut dan masuk akal tetapi ternyata seorang pakar keamanan siber menemukan ada sejumlah kejanggalan.

Alfons Tanujaya dari vaksin.com yang mengungkap  hal tersebut.

Menurut Alfons peretasan akun hingga pemulihannya yang hanya memakan waktu 2 jam adalah sesuatu hal yang tidak masuk akal. Respon dari pihak whatsapp atas laporan Ravio yang langsung ditangani Head of Security-nya juga menurut Alfons adalah sesuatu yang tidak lazim. Harusnya ia hanya akan mengurus masalah peretasan apabila ada permintaan dari pihak pemerintah.

Alfons Tanujaya (cnnindonesia.com, 23/04/2020):

"Pekerjaan Head of Security mengamankan server WhatsApp dan pekerjaan lain yang lebih krusial, bukan mengurusi akun WhatsApp dibajak. Kalau pemerintah Indonesia secara resmi minta klarifikasi, baru itu urusan Head of Securiy."  

Kejanggalan serupa juga disampaikan oleh akun el diablo @digeeembok yang dulu sempat membahas kasus BUMN Garuda.

El diablo mencuit di utasan akun twitter miliknya bahwa peretasan yang terjadi seharusnya  terjadi permanen. Adanya pengambilalihan (take over) oleh pihak lain bisa dilacak dari history login. Jika riwayat masih ada maka dapat dilacak siapa pelaku yang melakukan peretasan. Tetapi jika history ini kemudian hilang karena dibersihkan (clear) maka pertanyaannya adalah mengapa si pemilik akun (Ravio) melakukan hal itu ketika akun sudah kembali dikuasai oleh dirinya.

Lebih lanjut el diablo mengatakan bahwa untuk membuktikan ada tidaknya peretasan adalah pembuktian forensik data oleh pihak Labfor Polri.

Serangan terhadap Stafsus vs isu pembungkaman aktivis   

Dari alur plot masing-masing pihak yang berkepentingan dalam kasus di atas, kita dapat membaca ada 2 versi  penjelasan yang saling bertentangan.

Satu, pihak pendukung #BebaskanRavio yang meminta pembebasan Ravio kepada pihak istana dengan alasan hal itu bertentangan dengan demokrasi. Mereka  --antara lain Kontras--  di sisi lain juga menyinggung soal konflik kepentingan Stafsus Billy Mambrasar dan tulisan di seword.com yang mengangkat topik penyebaran hasutan lewat media whatsapp.

Stafsus Presiden tampaknya adalah bagian paling lemah pemerintah di mana sejumlah serangan oposisi terjadi belakangan ini. Setelah Andi Taufan dan Belva Devara kini Billy yang kemudian disasar.

Pihak Kepolisian sudah menjelaskan bahwa saksi pelapor dari penangkapan Ravio adalah DR tetapi Kontras tidak tertarik mengulik lebih jauh siapa DR tersebut. Menyebut nama stafsus dan seword.com sebagai bagian dari penjelasan tampaknya lebih menarik.

Kemudian pihak kedua --antara lain el diablo-- yang membuat plesetan tagar #BebaskanVario; menyanggah plot pertama tadi dengan mengungkap sejumlah kejanggalan atas pengakuan Ravio soal peretasan akun. Untuk membuktikannya el diablo menyerahkan kepada pihak yang berkompeten yaitu aparat Kepolisian/ Labfor POLRI lewat jalur hukum atau pengadilan.

Plot mana yang kemudian ternyata lebih valid dan siapa pelaku peretasan menurut penulis memang harus diusut oleh Labfor dan pihak korporasi whatsapp. Namun demikian menemukan tampaknya hal itu tidak penting bagi kedua belah pihak yang berseteru di atas. 

Pada era post-truth saat ini, ironisnya, kebenaran bisa kita ciptakan sendiri dan direproduksi menurut selera masing-masing. Perseteruan kepentingan akan terus terjadi tetapi korban takkan bisa mengelak.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun