Pemerintah Xi Jinping dianggap berhasil mengendalikan gelombang covid-19 pertama yang menginfeksi lebih dari 80.000 warga, dan menyebabkan kematian sekitar 3200 orang. Namun serangan gelombang kedua tidak dapat diabaikan karena obat dan vaksin belum ditemukan hingga saat ini.
Virus SARS-CoV-2 penyebabnya juga punya kemungkinan mengalami mutasi atau perubahan gen. Sementara penduduk yang sudah pernah terserang belum terbukti kebal jika terinfeksi lagi untuk yang kedua kalinya.
Selain covid-19 dan swine fever, penyakit yang diakibatkan hantavirus sebelumnya muncul di Provinsi Yunnan.Â
Seorang warga yang meninggal dalam perjalanan ke Shandong diketahui positif terinfeksi hantavirus. Sebanyak 32 penumpang bis yang sama kemudian diperiksa intensif untuk mengantisipasi wabah yang tidak diinginkan (kompas.com, 25/3/2020).
Potensi hantavirus untuk menjadi pandemi lebih kecil karena faktor penularan lebih terbatas. Hewan tikus yang diketahui menjadi vektor perantara yaitu tikus rusa, tikus kapas, tikus padi, dan tikus putih. Virus menyebar lewat kotoran, urin, atau liur dari tikus pembawa.
Gejala penyakit hantavirus antara lain yaitu demam, nyeri otot, mual, dan  sesak napas.
Swine fever Africa dan hantavirus mungkin sebenarnya adalah kasus kecil. Tetapi gara-gara corona yang jadi pandemi saat ini maka serangan virus apa pun kini menjadi pusat perhatian dengan kewaspadaan tingkat tinggi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H