Jumlah korban meninggal dan kasus positif Corona di Indonesia meningkat tajam. Dari 7 orang meninggal bertambah 12 menjadi 19; sementara confirmed case menjadi 227 setelah ada kenaikan 55 kasus.
Hal tersebut dicatat media dengan narasi bahwa angka kematian di Indonesia akibat COVID-19 termasuk yang tertinggi di dunia. Lebih tinggi dari China, Iran, dan Italia.Â
Media online detik.com dan kompas.com hari ini mencatat angka 8,37% tingkat kematian yang diperoleh dari data 19 orang meninggal dengan jumlah kasus positif sebanyak 227.
Jika mengacu data update hari ini (detik.com, 19/3/2020) dengan jumlah kematian 25 orang (penambahan 6 Â orang) maka persentase juga berubah karena belum ada catatan penambahan kasus positif COVID-19 lagi. Masih tetap 227 confirmed case.
Berarti persentase tingkat kematian menjadi 11,01%, ada kenaikan!
Angka tersebut perlu kita perhatikan. Ada dua kemungkinan penyebab mengapa angka itu begitu tinggi.
Yang pertama, persentase tingkat kematian tinggi bisa terkait dengan lamanya proses penanganan. Semakin lama  pasien memperoleh tindakan yang tepat maka hal itu tentu berpengaruh terhadap kesembuhannya.
Dalam pemberitaan sempat dibahas adanya rumah sakit yang mengaku tidak siap menangani pasien dengan gejala seperti Corona. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain tanpa diantar. Jika benar demikian ada peluang keterlambatan penanganan terjadi.
Beberapa kasus pasien yang baru pulang dari luar negeri mungkin juga terlambat memeriksakan diri ke rumah sakit. Akibatnya setelah gejala sakit semakin buruk maka peluang kesembuhan tentunya juga berkurang.
Catatan data dan penelitian menyebutkan bahwa 3 hal berikut bisa meningkatkan risiko kematian pasien COVID-19.
Usia pasien di atas 80 tahun menghadapi risiko lebih besar dibanding pasien yang lebih muda. Selain faktor usia, adanya penyakit bawaan pada pasien akan membuat proses penyembuhan bertambah berat. Penyakit tersebut antara lain diabetes, stroke, pneumonia, dan hipertensi.