Para pemuja kematian itu menyebut aksinya sebagai sebuah jihad, dan mati saat melakukannya dianggap syahid. Seperti Riyanto almarhum, saya tidak berada satu gerbong dengan mereka yang berkeyakinan seperti itu.
Menjaga gereja setiap menjelang Natal sudah dilakukan Banser sejak dulu. Sejak ada instruksi Gus Dur  yang melihat ancaman itu sejak lama. Cucu pendiri NU itu waspada,  paham radikalisme dan intoleransi yang mulai merebak di mana-mana ketika itu tak lama lagi akan segera mencari mangsanya. Â
Faktanya terbukti. Sejumlah tempat ibadah menjadi sasaran dan sudah banyak pula jatuh korban jiwa.
Bagi mereka menjaga kyai atau menjaga gereja semangatnya sama, menjaga dan menghormati kehidupan. Bukan karena punya waktu luang atau karena cari momen untuk gagah-gagahan.
Salut untuk Banser NU, Al Fatihah untuk Riyanto.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H