Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Sulli dan Artikel Media yang Gagal Berempati

15 Oktober 2019   01:06 Diperbarui: 15 Oktober 2019   04:42 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi empati (thedailystar.net).

Ternyata tidak hanya status, artikel pun bila gagal paham konteks pasti bermasalah.

Konteks berita kecelakaan atau kematian adalah dukacita. Artikel yang menyangkut seseorang yang meninggal semestinya berkaitan tentang kenangan bernuansa positif. Obituari.

Dari segi waktu atau kecepatan, setidaknya ada tiga tingkat proses otak menyaring sesuatu yang akan kita komunikasikan. Persoalan konteks adalah sesuatu yang krusial. Isi, cara, media, waktu, dan kepada siapa kita sedang berinteraksi adalah hal-hal yang secara otomatis harus kita proses serentak.

Pertama, berbicara. 

Prosesnya sangat cepat. Misal, ketika amarah berkecamuk di kepala, kebijaksanaan universal mengajarkan agar menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu. Bisa dengan cara menghela napas, duduk sebentar, atau mencuci muka. 

Di dalam Islam orang yang marah dianjurkan mengucap istighfar, atau berwudlu, membasuh muka. Mulutmu harimaumu, kata peribahasa.

Kedua, menulis status medsos. 

Dibanding  berbicara, menulis status di media sosial walaupun singkat memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir. Sebelum gadget ada, dulu ada yang namanya stenografi, teknik menulis cepat yang lazim dimiliki wartawan. Bermanfaat saat melakukan wawancara.

Ketika menulis atau mengetik sesuatu, memori di dalam otak perlu lebih banyak waktu sebelum disusun menjadi untaian status. Berbeda dengan ngomong langsung yang sifatnya spontan.

Ketiga, menulis artikel. 

Butuh waktu jauh lebih lama dibanding menulis status, apalagi berbicara. Setelah jadi pun ada jeda untuk menimbang apakah rilis atau tidak. Penulis artikel mesti membaca ulang, bahkan penulis mahir sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun