Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gerindra Tergiur Fenomena Hijrah Koalisi, PKS Bergeming

28 Juli 2019   13:42 Diperbarui: 28 Juli 2019   13:56 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Prabowo makan bersama di RM Sate Khas Senayan setelah pertemuan di atas MRT (cnnindonesia.com).

PPP, Golkar bergabung mendukung mantan Walikota Solo itu untuk melanjutkan kepemimpinan periode kedua. Hijrah secara personal juga sudah banyak terjadi. Tokoh-tokoh seperti Yusril Ihza, TGB, Mahfud MD, Ngabalin, Yusuf Supendi, hingga pengacara Rizieq Shihab, Kapitera Ampera, sudah lebih dahulu melakukannya.

Baca: Fenomena balik kanan jelang Pilpres 2019

Pascapilpres yang baru saja usai, PAN dan Demokrat juga menunjukkan gelagat pindah dukungan.

Sekarang, tinggal Jokowi yang akan menentukan pilihan, mana yang pantas diterima untuk membantu dalam pemerintahannya nanti. Sebagai politisi yang dituntut  bertindak pragmatis, berkoalisi dengan Gerindra lebih masuk akal. Target 80% kursi parlemen otomatis tercapai.

Berbeda dengan PAN dan Demokrat, PKS. Harus diambil  dua di antara merek untuk memenuhi target yang diinginkan. Tidak praktis.

Soal kepentingan sama saja, relatif sama. Gerindra, PAN, Demokrat, PKS tidak ada yang lebih mulia yang akan menambah nilai khusus bagi Koalisi Indonesia Kerja. Logika ukuran volume konstituen yang tercermin dalam perolehan suara yang lebih menjadi pertimbangan.

Hingga saat ini Cuma PKS yang masih tegas berada pada jalurnya sebagai oposisi.

Dengan peran tersebut PKS berhasil meningkatkan perolehan suara meskipun terjadi dinamika internal yang cukup serius. Fahri Hamzah dkk. Bergerak meninggalkan partai dan merintis Garbi, Gerakan Indonesia Baru yang sangat mungkin akan menjadi partai politik sendiri.

Jika mampu mengelola dengan baik kapital citra oposisi, PKS akan semakin diperhitungkan dalam pesta demokrasi 2024 nanti. Sebagai partai kader soliditas PKS tidak diragukan. Yang menjadi kekurangan PKS adalah soal ketokohan. Secara nasional masih belum ada sosok yang secara luas dapat diterima. Tokoh yang mampu dengan luwes mampu menembus partisi antarpartai, antargolongan dan kelompok masyarakat.***                          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun