Penyebabnya bisa jadi karena Amien Rais memosisikan diri sebagai senior sehingga Jokowi yang egaliter enggan merapat. Atau, ada sebab-sebab historis lain yang kita belum tahu. Yang pasti, tidak pernah ada kendala teknis yang layak  jadi penghambat pertemuan antara kedua tokoh asal Solo ini.
Selain dengan sesepuh PAN itu, agenda pertemuan antara kubu Jokowi-Ma'ruf dengan elit PKS Â dan Partai Berkarya juga belum diperbincangkan.
Partai milik Tommy Soeharto memang hanya meraup suara sedikit sehingga gagal lolos parliamentary treshold yang 4% itu. Tetapi perolehan suara PKS sangat signifikan dalam pemilu tahun ini. Peningkatannya cukup tajam dibanding pemilu sebelumnya sehingga PKS termasuk partai yang sukses dalam kontestasi pemilu legislatif lalu.
Jika pertemuan antara kubu pemenang dengan 3 elemen oposisi tersebut tidak terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama maka hal itu dapat menimbulkan situasi keterkucilan pada ketiganya.
Fakta bahwa Prabowo bertemu petahana tanpa koordinasi sebelumnya menunjukkan bahwa kubu oposisi saat ini sudah berjalan sendiri-sendiri. Kecaman terhadap Prabowo lalu muncul dari para mantan pendukungnya, terlebih nasib Rizieq Shihab yang masih gelap apakah jadi pembahasan ataukah tidak. Damai Hari Lubis yang mengatasnamakan PA 212 bahkan sudah mengucapkan salam perpisahan kepada Prabowo sejak pertemuan Jokowi-Prabowo di atas MRT.
Ini sekadar kepo saja, tidak begitu penting untuk diseriusi. Yang utama adalah pengungkapan dalang-dalang kerusuhan itu, pemberantasan korupsi, dan kelanjutan pembangunan infrastruktur fisik dan mental spiritual.  Semoga tidak ada yang mangkrak.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H