Momen Ramadan tahun ini bertepatan waktu  dengan datangnya kabar gembira yang bercampur dengan  sedikit kecemasan. Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk belajar cloud computing melalui program beasiswa Menjadi Azure Cloud Developer di Dicoding.
Gembira karena, tentu saja, dengan terpilihnya saya di antara sekian banyak peserta merupakan suatu kebanggaan tersendiri mengingat kemampuan dan latar belakang keilmuan yang sangat pas-pasan. Kecemasannya, dengan skill programming language yang minim, terbersit pertanyaan: apakah saya mampu menyelesaikan seluruh modul dalam waktu 50 hari plus 2 submission tepat waktu?
Berkaitan dengan akademi penyelenggara, berikut sedikit catatan tentang profil Dicoding yang mungkin bermanfaat bagi yang tertarik belajar menjadi developer.
Dicoding Academy adalah salah satu MOOC, Massive Open Online Courses,  kebanggaan  Indonesia yang menyelenggarakan puluhan kelas dan pelatihan menjadi developer/ pembuat aplikasi. Pesertanya tersebar di seluruh tanah air baik yang mengikuti secara online maupun lewat kelas-kelas pelatihan secara tatap muka langsung.
Sebagian kelas yang dikelola ada yang berbayar, ada yang gratis karena beasiswa, ada yang gratis tanpa syarat, dan ada pula yang gratis terbatas yaitu memerlukan upgrade untuk memperoleh ijazah. Mengenai kualitas tidak usah diragukan lagi. Materi dan instrukturnya sudah memiliki akreditasi dan diakui oleh lembaga-lembaga yang berkompeten.
Kelas yang penulis ikuti misalnya, materi yang diajarkan di dalamnya sudah mendapat sertifikasi dari Microsoft Azure. Modulnya ditulis oleh expert developer yang juga menjadi system engineer  di GO-JEK, Puja Pramudya. Jadi link and match-nya kena sekali, antara bahan pelajaran dengan realitas dunia industri sebenarnya.
Tidak hanya belajar saja, akademi yang didirikan oleh Narendra Wicaksana ini juga aktif terlibat dalam meyemai benih-benih developer tangguh di masa depan. Melalui kerjasama dengan korporasi seperti Google, Samsung, IBM, atau dengan lembaga pemerintah seperti Bekraf dan Kominfo; Dicoding mengadakan challenge atau kompetisi bagi para developer secara berkala.
Bagi para lulusan yang jumlahnya sudah ribuan, tersedia informasi lowongan pekerjaan yang sesuai kemampuan. Beberapa alumni tercatat bekerja di berbagai start-up seperti GO-JEK, Bukalapak; lembaga pemerintah seperti BNI, BTPN; atau membuat studio sendiri sebagai entrepreneur. Â
Cloud Computing, mengapa layak dipelajari?
Dalam usaha meyakinkan peserta, Dicoding menjelaskan bahwa  saat ini trend teknologi informasi sedang beralih atau bermigrasi menuju komputasi awan. Keahlian di bidang ini di tahun 2019 menjadi nomor satu yang paling dicari oleh perusahaan-perusahaan berbasis IT. Platform yang saat ini menjadi kiblat cloud computing adalah Amazon Web Service (AWS), Microsoft Azure, dan Google Cloud Platform.
Ada 6 alasan, mengapa cloud computing perlu dikuasai;
- Biaya lebih efisien
- Kecepatan tinggi
- Skala global
- Produktif berinovasi
- Performa tinggi, dan
- Keamanan lebih terjamin.
Dengan kelebihan-kelebihan itu, tidak keliru jika LinkedIn  di tahun 2019 menempatkan hardskill ini sebagai keahlian nomor #1 yang dibutuhkan di atas kemampuan lain semisal artificial intelligent atau kecerdasan buatan, video production, animasi, dan yang lainnya.
Untuk mengejar kebutuhan SDM yang cukup langka, Dicoding memberi kesempatan belajar gratis kepada peminat yang tertarik melalui program beasiswa. Program ini sudah berjalan dalam 3 batch dan menyisakan 1 batch lagi yang akan dibuka pada 14 Juni 2019 nanti. Masih ada kesempatan untuk mengikuti seleksi kelas tersebut bagi yang berminat.
Nggak etis belajar komputer di bulan Ramadan
Siapa bilang di bulan suci harus fokus ibadah atau belajar agama saja. Semua ilmu pada dasarnya baik, dan kita bisa mengelola alokasi waktu masing-masing di bulan istimewa ini: kapan mengaji, kapan memperdalam ilmu agama, kapan belajar ilmu yang lain. Juga tanpa harus mengorbankan ibadah lain, terutama salat taraweh yang hanya ada di bulan ini.
Bagi saya belajar cloud computing ini sangat penting sebagai satu rangkaian untuk memahami cara kerja dunia digital. Karena basis keilmuan saya bukan dunia IT maka perlu upaya ekstra untuk berkonsentrasi penuh mempelajari menu modul yang tersedia setiap hari. Suasana dan pengkodisian bulan Ramadan cocok untuk itu. Banyak godaannya belajar serius di bulan-bulan biasa.
Peluang berhasil atau tidak masih belum jelas; fifty-fifty. Tetapi dengan tekad dan berharap pada berkah bulan yang suci ini, saya yakin dapat menyelesaikan kelas ini tepat waktu. Mudah-mudahan pula kelak bisa bersedekah berbagi  ilmu yang saya dapat kepada orang lain yang memerlukan. Semoga tercapai. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI