Rangkaian kemarahan di depan publik selama masa kampanye Pilpres menunjukkan betapa tingginya tensi emosi Prabowo. Mulai dari awak media yang diomeli karena dikira tidak netral; meninju meja di depan ulama kubunya sendiri; teguran kepada penonton saat debat capres, dalam pidato di  GBK, juga saat di Pesantren Assadad Sumenep, Madura.  Bahkan podium pidato turut merasakan amarah kandidat 02, dipukuli berkali-kali tanpa balas.
Amien Rais mengatakan bahwa  pemimpin itu harus bisa marah. Betul sekali pendapat itu. Tetapi yang harus kita bedakan adalah: pemimpin yang bisa marah dengan pemimpin yang pemarah!
Jokowi bisa marah, misalnya ketika menteri di kabinetnya tidak bekerja sesuai ekspektasi. Yang terjadi sebagai hasil dari kemarahan itu adalah reshuffle tanpa ampun, meskipun beresiko menimbulkan resistensi yang kemudian memang terbukti.
Ketika difitnah tanpa dasar dan hoaks merajalela, Jokowi marah. Penegak hukum merespon dengan cepat membekuk para penyebar kabar bohong. Hasilnya, di dalam negeri mereka sulit bergerak dan hoaks pun muncul di mancanegara, di Saudi dan terakhir di Malaysia.
Yang paling dahsyat dari kemarahan Jokowi adalah ketika aset bangsa dan negara dijarah habis-habisan. Dampaknya, 488 kapal asing pencuri ikan ditenggelamkan ke dasar laut; koruptor-koruptor termasuk dari kubunya sendiri diadili; dan saham-saham perusahaan yang mengeruk kekayaan direbut kembali.
Kemarahan Jokowi jelas alasannya, eksekusinya juga tepat sehingga kepemimpinannya efektif dan produktif.
Dunia internasional memberikan respek. Menteri-menteri Jokowi yang berprestasi memperoleh penghargaan tingkat dunia dan Indonesia dipercaya menjadi anggota dewan keamanan tidak tetap di PBB. Kepercayaan dari dalam negeri pun meningkat, figur-figur yang dahulu berseberangan di Pilpres 2014, sekarang banyak yang beralih mendukungnya.
Berbeda dengan kemarahan Prabowo yang menunjukkan tipisnya kesabaran menghadapi dinamika publik. Prabowo memerlukan seseorang yang mampu mengendalikan gejolak amarah di dalam hatinya. Ustadz Abdul Shomad yang memperoleh kesempatan itu, menenangkan capres 02 sebelum hari H pencoblosan pada Pilpres 2019 nanti.
Dialog Ustadz Abdul Shomad dengan Prabowo yang kemudian viral itu mendapat respon beragam dari netizen.
Umumnya para pendukung Prabowo-Sandi menganggap bahwa video itu menunjukkan bahwa UAS mendukung Prabowo. Namun jika kita mengamati dengan jeli, pesan sesungguhnya dari mantan bakal cawapres itu adalah nasihat agar Prabowo tawakal kepada Allah apapun hasil pilpres nanti.