Insiden  penghadangan K.H. Ma'ruf Amin  oleh massa Prabowo-Sandi di Pamekasan justru menguntungkan kubu Jokowi-Ma'ruf jika diambil sisi optimisnya.
Peristiwa yang mencederai umat Islam khususnya NU tersebut bisa menjadi pembuka jalan unggulnya perolehan suara petahana di Madura, Banten, dan Jawa Barat. Di tiga wilayah tersebut Jokowi kalah dalam pilpres sebelumnya tahun 2014 ketika menggandeng Jusuf Kalla.
Dalam kultur Nahdlatul Ulama; menziarahi leluhur, apalagi seorang alim ulama, adalah sesuatu hal yang lumrah dan mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Penghadangan seorang ulama NU yang akan berziarah ke makam seorang ulama besar oleh massa pendukung 02 adalah hal yang sangat buruk dalam pandangan muslim tradisional.
Masyarakat akan kembali mengingat dan membandingkan penghadangan Kyai Ma'ruf dengan  insiden  ziarahnya cawapres Sandiaga yang melangkahi makam tokoh pendiri NU. Keduanya memiliki sentimen negatif bagi elektabilitas penantang inkumben di kalangan muslim NU.
KMA, demikian nama cawapres 01 disingkat, sebelumnya juga pernah berkunjung ke Madura, tepatnya Bangkalan, 19 Oktober 2019.
Dalam liputan kunjungan yang juga diselingi ziarah tersebut, media mengungkapkan silsilah K. H. Ma'ruf Amin yang berurut ke tokoh-tokoh besar di masa silam di 3 provinsi yang berbeda. Rais Aam PBNU tersebut adalah cicit Syeikh Nawawi Al Bantany yang dihormati ulama-ulama muslim dunia, tidak hanya di level Provinsi Banten saja. Di Jawa Timur, silsilahnya bertemu hingga  Kyai Demong Plakaran, raja di Madura cucu Prabu Brawijaya V, raja Majapahit. Sedangkan di Jawa Barat, nasabnya tersambung dengan  Nyai Arosbaya, yang tidak lain adalah istri Prabu Geusan Ulun, Raja Sumedang Larang.
Kunjungan pada tahun lalu berlangsung damai; KMA bertemu dengan 110 kyai khos se-Madura dan ratusan alumni pesantren lainnya. Pemberitaan kunjungan tersebut biasa saja, datar dan nyaris luput dari perhatian publik.
Pada  kunjungan kedua yang berlangsung ricuh dan menarik perhatian publik di tingkat nasional; tim kampanye petahana seharusnya dapat memanfaatkan momentum untuk melakukan "serangan balik" dengan mengingatkan kembali siapa cawapres  pendamping Jokowi tersebut.
Genealogi KMA yang terhubung ke tokoh-tokoh besar di pulau Jawa dapat menjadi materi kampanye positif  bahwa dalam memilih cawapres Jokowi tidak hanya memiliki keberpihakan pada ulama tetapi juga memperhatikan nilai-nilai kesejarahan. KMA memiliki akar leluhur tokoh-tokoh besar Nusantara terutama di Banten, Pasundan, dan Madura.
Sebelumnya, dalam Pilpres 2014Â Jokowi kalah di Banten, di Jawa Barat, dan meskipun Jawa Timur secara umum dapat dimenangkan, tetapi di Madura suara Jokowi terpuruk sangat telak. Semua kabupaten yang ada di pulau garam kompak menggalang kemenangan untuk Prabowo-Hatta pada waktu itu.
Di Banten, Prabowo memperoleh 57,1% suara sedangkan Jokowi 42,9%. Di Jawa Barat, keunggulan Prabowo bertambah sedikit di angka 59,8% dan Jokowi hanya 40,1%. Di  Madura, suara pemilih petahana  bahkan sangat memprihatinkan yaitu:  Bangkalan hanya 18,80%; Pamekasan 26,31%; Sampang 25,53%; dan Sumenep 42,43%.