Tujuan dari taktik rel ganda adalah agar calon legislatif/caleg  Demokrat di daerah pemilihan masing-masing dapat lebih adaptif, menyesuaikan diri dengan pilihan capres konstituen.
Di daerah yang warganya banyak pro Jokowi-Ma'ruf , caleg Demokrat ikut gerbong ke sana, sebaliknya, di daerah yang warganya sedikit memilih Prabowo-Sandi maka caleg juga bisa memosisikan diri dengan pilihan warga yang lebih banyak.
Jika melihat hasil beberapa lembaga survey terpercaya maka besar kemungkinan proporsi "irisan hati" Demokrat akan lebih banyak ke kubu petahana. Survey menunjukkan pilihan warga saat ini condong ke calon 01, Jokowi-Ma'ruf dengan selisih di kisaran 20% suara.
Efek resonansi dari politik rel ganda
Malangnya bagi oposisi, politik rel ganda ada kemungkinan juga menghasilkan "efek resonansi" seperti gelombang bunyi.
Caleg-caleg lain yang berasal dari partai selain Gerindra di Koalisi Merah Putih  akan mengikuti teladan Demokrat agar bisa meraih suara sebanyak-banyaknya di pemilu legislatif nanti. Bisa jadi mereka sudah mengerti sisi logis keuntungan politik rel ganda dan lalu menerapkannya bagi kepentingan mereka masing-masing.
Caleg yang berasal dari PAN atau PKS akan memilih langkah-langkah pragmatis agar biaya logistik yang mereka tanggung dapat dikonversi dengan keterpilihan mereka di kursi dewan. Apalagi mereka yang maju nyaleg  dengan bermodalkan utang.
Mereka para caleg itu akan bersikap pasif, wait and see; Â bagaimana pilihan capres pemilih di dapil mereka, begitu pula isi kampanye yang akan mereka sampaikan ke warga.
Apakah betul begitu?Â
KMP bersama tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi tentu tidak tinggal diam. Mereka akan mengambil langkah-langkah antisipasi untuk meredam gebrakan Demokrat di bawah AHY kini.
***