Kabar menyejukkan datang dari Bantul, Yogyakarta.
Sunanto atau lebih akrab dipanggil Cak Nanto, terpilih menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dalam muktamar yang diselenggarakan Rabu (28/11) di Kampus UMY.Â
Sosok yang disebut-sebut kader otentik Muhammadiyah ini menggantikan Dahnil Anzar Simanjuntak dengan keunggulan  590 suara. Kompetitor terdekatnya, Ahmad Labib, hanya memperoleh dukungan 292 suara.
Sebagai elite baru Pimpinan Pemuda Muhammadiyah, Cak Nanto langsung dicecar berbagai pertanyaan seputar persoalan terkini. Semuanya dijawab dengan bijaksana, tidak ada pernyataan atau komentar bombastis. Menyejukkan.
Terkait dengan posisi Pemuda Muhammadiyah di tahun politik, pria kelahiran Sumenep ini menegaskan akan berada di jalur khittah Muhammadiyah. Artinya, organisasi yang dipimpinnya akan menjauhi politik praktis, politik dukung mendukung pada kubu tertentu.
Hal tersebut senada dengan tekad Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Meskipun diancam akan "dijewer" Amien Rais yang notabene seniornya, Haedar teguh bergeming.
Pertanyaan awak media tentang kepengurusan pendahulunya juga dikomentari Cak Nanto secara positif. Bahkan ketika diminta pandangan soal dana kemah 2 M yang lagi heboh,  Cak Nanto menyatakan akan mencari informasi terlebih dahulu dari pengurus lama. Tabayyun istilahnya.
Sikap politik Cak Nanto untuk berada di tengah barangkali dapat kita telusuri dari jejak jejaring aktivitas  sebelumnya. Alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta ini adalah Koordinator Nasional JPPR, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat.
JPPR tempat Cak Nanto beraktivitas selain di Muhammadiyah, adalah organisasi yang bergerak untuk mendidik pemilih, terutama yang masih newbie, agar cerdas dalam berdemokrasi.
Sebelum menjadi Kornas JPPR, Cak Nanto sudah aktif menjadi relawan sejak masa SMA. Artinya sudah lebih dari 2 dekade pria kelahiran 24 September 1980 ini ikut mengabdikan diri memelihara dan menjaga pesta demokrasi di Indonesia.
Mengutip dari laman blog  caknanto.com,  pada pilpres nanti ada sebanyak 79.170.808 pemilih yang berusia 17-35 tahun. Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok, pemilih pemula dan pemilih milenial. Total jumlah Daftar Pemilih Tetap sebanyak 185.084.629 pemilih.
Dalam wawancara dengan Republika, Cak Nanto menjelaskan bahwa kelompok pemula adalah kelompok pemilih yang berusia 17 tahun dan para pensiunan TNI/POLRI. Sedangkan kelompok milenial adalah kelompok yang memiliki akses informasi dan rasionalitas dalam berpolitik.
Mengingat jumlah  mereka sangat besar dan oleh karena itu sangat menentukan, Cak Nanto berharap dan aktif mengadakan sosialisasi agar mereka memanfaatkan hak pilih dengan baik dan rasional.
Tidak benar jika pemilih milenial beranggapan bahwa Pilpres dan Pileg tidak berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Â Justru melalui Pemilu ini masa depan mereka sedang dipertaruhkan.
Cak Nanto bersama relawan-relawan yang dipimpinnya mendorong  milenialis untuk bersikap kritis menyaring informasi dan berani mengajukan kontrak politik dengan kandidat Pileg dan atau Pilpres.
Generasi yang dianggap paling melek teknologi informasi ini juga diharapkan Cak Nanto dan kawan-kawan agar menjadi duta penyebar informasi penting dan positif seputar Pemilu. Baik itu informasi tentang mekanisme Pemilu maupun informasi yang berkaitan dengan kandidat yang sedang berkontestasi.
Tren para kandidat yang hanya menjadikan pemilih sebagai obyek kampanye harus diimbangi dengan posisi tawar rakyat/pemilih yang kuat untuk dapat ikut mengontrol dan mengawasi mereka pasca Pemilu.
Melalui kontrak politik tertulis ada mekanisme untuk mengingatkan agar kandidat tidak lupa bekerja untuk memenuhi  janji-janjinya semasa kampanye. Sangat ironis jika mereka yang diberi amanat untuk mengelola kepentingan rakyat malah seperti antri terkena OTT oleh KPK.
Hingga saat ini seperti sudah kita ketahui bersama ada ratusan anggota legislatif dan kepala daerah berbagai level yang berurusan dengan hukum. Kebanyakan kasus korupsi di samping kasus asusila.
Demikianlah sosok Sunanto, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2022 sekaligus Kornas JPPR 2017-2019. Di atas pundak pribadi yang rendah hati ini semoga Indonesia melalui tahun politik dengan aman tanpa gejolak berarti.
Selamat bekerja Cak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H