Amien Rais, 9 September 2018:
"Yang kita hadapi, bukan rezim yang sekarang berkuasa ini. Kalau ini relatif mudah tapi belakang ini ada dajjal ekonomi, dajjal politik, dajjal militer, dajjal intelijen".Â
Sebelumnya pada tanggal 4 Juli 2018 Amien Rais dalam acara silaturahmi halal bi halal Iedul Fitri 1439 H juga mengatakan hal yang kurang lebih sama. Apakah pantas atau tidak  Amien mengatakan itu dalam acara silaturahmi terpulang kepada penilaian masing-masing.
Dajjal atau dajal, satu kata yang sangat bertenaga dan juga cukup populer di kalangan umat Islam. Kata ini lebih spesifik dibanding kata "setan" atau "iblis" sekalipun.Â
Bandingkan juga jika Amien mengganti kata dajal dengan sebutan lain, misalnya "musuh", "perusak", atau "oknum"; terasa ada penurunan tensi. Terlalu biasa, lemah, dan tidak menggerakkan.
Sebelum kata dajal naik daun, Amien Rais juga pernah menggunakan istilah "partai Allah" untuk mengidentifikasi kelompoknya sendiri --PAN, Gerindra, dan PKS-- sebagai lawan dari "partai setan" tanpa merujuk pihak mana pun.
Walaupun tidak disebut eksplisit, kesimpulan dalam benak publik dengan sendirinya sudah terarah, kepada siapa istilah partai setan dimaksudkan.
Tentu saja kubu lawan politik Amien dan bahkan pihak netral pun bereaksi keras. Dikotomi partai Allah vs. partai setan dianggap sudah overdosis dan menyesatkan sehingga bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Selain kata dajal dan setan yang kontroversial, pemilihan kata dikotomis yang tidak relevan pernah terjadi dalam bentuk lain.
Dalam Pilgub DKI, Amien Rais dan Anies Baswedan waktu itu, juga tercatat pernah menggunakan frasa  "Perang Badar" sehari sebelum pemungutan suara, 18 April 2017.