Keunikan kepiting Jacobson terancam
Kerabat terdekat kepiting Jacobson yang bermarga Karstarma adalah kepiting bakau dari genus Sesarma.Kepiting Sesarma hidup di hutan bakau atau pantai berair payau yang kadar garamnya lebih tinggi dibanding air tawar.
Kepiting Karstarma juga sebenarnya hidup di tepi laut tetapi dengan kondisi khusus, yaitu berupa gua-gua karst yang menjorok masuk ke dalam daratan. Sebagai contoh kepiting Karstarma yang hidup di pantai adalah Karstarma emdi di Nusa Penida, dan Karstarma cerberus di Ambon.
Berbeda dengan leluhur dan kerabatnya yang hidup di pantai, kepiting Jacobson mampu beradaptasi hidup jauh dari pantai; mengatasi masalah perbedaan salinitas --kadar garam-- air tawar yang lebih rendah.
Temuan habitat kepiting Jacobson di Gua Gilap, lokasinya terletak 30 km dari garis pantai, dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut.
Selain itu, karena terbiasa hidup dengan kondisi air gua yang bebas dari cemaran limbah, kepiting Jacobson menjadi bioindikator sistem perairan gua yang masih bersih. Jika terjadi pencemaran maka kehidupan kepiting Jacobson pun akan terancam.
Ketam gua ini harus bersiap menyingkir atau punah jika lingkungannya terkontaminasi limbah tahi ayam dari peternakan  PT Widodo Makmur Unggas yang belum mengantongi izin IMB dan AMDAL ini.
Peternakan ayam juga diketahui telah memapras lima conical hills atau kubah kapur sehingga rata dengan area sekitarnya sejak masa pembangunan dimulai dua tahun lalu.
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diperlukan untuk memastikan kesesuaian lokasi bangunan dengan peruntukkan lingkungan sekelilingnya. Sedangkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disyaratkan agar keberadaan bangunan atau proyek  tidak mengganggu kelestarian lingkungan di sekitarnya.
Kepedulian Pemkab Gunung Kidul terhadap konservasi kawasan karst juga patut dipertanyakan, bagaimana mungkin sebuah bangunan berskala besar bisa berdiri tanpa izin di kawasan khusus.Â