Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelukan Jokowi-Prabowo, "Settingan" Tanpa Stuntman dalam Asian Games 2018

7 September 2018   05:45 Diperbarui: 7 September 2018   15:23 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanifan peraih medali emas cabor silat Asian Games 2018 memeluk Jokowi dan Prabowo (news.okezone.com).

Walaupun corak konstituennya mungkin berbeda, tetapi sejatinya PDIP dan Gerindra adalah partai nasionalis.

Ketika kubu Gerindra akrab dengan kelompok 212 bukan berarti partai itu telah menjadi lebih Islami. Sama sekali tidak. Prabowo termasuk sosok yang pandai bikin ge er --gede rasa-- orang. Korbannya sudah banyak, dari La Nyala Mattalitti, Rizieq Shihab, hingga AHY.

Prabowo saat menghadiri ijtima ulama 2018 (okezone.com).
Prabowo saat menghadiri ijtima ulama 2018 (okezone.com).
La Nyalla di-pehapein saat Pilgub Jatim sedangkan Rizieq dan AHY kecele saat drama pemilihan cawapres pendamping Prabowo.

Demi meraih simpati, Prabowo khusyuk ketika hadir dalam ijtima ulama untuk menyimak  arahan  Rizieq dari Saudi. Tetapi nyatanya tak satu pun rekomendasi ijtima dipatuhi Prabowo. Baik Ustadz Abdul Somad maupun Salim Segaf Al Juffri dari PKS, alternatif cawapres yang disarankan Habib, semuanya urung  mendampingi Prabowo.

Demikian juga dengan Agus Harimurti penerus trah Cikeas, gagal memeluk kado cawapres yang sedianya akan menjadi hadiah penting pada pesta ulang tahunnya yang ke 40.

Prabowo akhirnya mengusung kader Gerindra sendiri untuk maju dalam perhelatan Pilpres 2019 nanti. 

Agar citra nasionalis  kembali muncul menarik simpati konstituen, Gerindra memilih mengambil Sandiaga Uno sebagai wakil Prabowo. Jika sosok capres  dengan brand  "The New Prabowo" nekad mengambil cawapres dari kubu Islam garis keras maka tidak  mustahil mereka akan ditinggalkan pemilih potensial yang moderat.

Begitu banyak persamaan PDIP dengan Gerindra sehingga terasa berlebihan jika kompetisi politik dalam pemilu harus menyerempet kepentingan bangsa yang jauh lebih besar.

Pelukan Jokowi-Prabowo di TMII telah memupus (sementara?) perseteruan dalam drama politik akhir-akhir ini. Keutuhan NKRI harus dijunjung tinggi diatas kepentingan sesaat dalam pesta demokrasi lima tahunan nanti. Manuver elit memang kadang suka bikin kaget, tapi bikin bodoh jangan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun