Beringin kuning harus kehilangan 15 kursi parlemen dan bertukar posisi di belakang  PDIP yang meraih kursi terbanyak.
Prestasi pemilu inilah yang menyatukan PDIP dan Gerindra dalam satu kepentingan untuk mempertahankan dominasi bersama dalam kancah perpolitikan Indonesia. Menjelang pesta demokrasi nanti keduanya harus merias diri semanis mungkin agar tidak ditinggalkan konstituen.
Indikator lainnya dari "kolaborasi terselubung" Gerindra-PDIP adalah pada saat Pilgub DKI. Bagaimana bisa?
Barangkali Anda masih ingat, Ahok sebelum diusung PDIP pernah menggagas wacana maju pilgub secara independen. Teman Ahok yang menjadi relawan Basuki T Purnama turun ke lapangan mengumpulkan sejuta tanda tangan dukungan untuk memenuhi syarat agar Ahok bisa maju tanpa parpol.
Alarm berbahaya bagi kepentingan bersama partai-partai politik yang akan berlaga di pemilu 2019.
Jika Ahok menang pilgub secara independen, maka preseden itu ada kemungkinan akan di-copy paste --seperti kata Rizieq Shihab-- dalam pilpres nanti. Artinya wacana kubu independen akan menguat di tanah air dan ini bisa berarti senjakala bagi partai politik.
Tidak kurang Ketum PDIP Megawati dan Jokowi sendiri yang mati-matian membujuk Ahok agar maju bersama PDIP.Â
Ahok tidak mungkin maju pilgub  bersama Gerindra yang saat itu mepet ke jamaah Rizieq Shihab. Batu karang dari Belitung itu akhirnya luluh juga dibujuk Mega, Ahok bersama Djarot maju pilgub menggunakan tiket parpol.
Prabowo adalah "mantan" cawapres Megawati
Konon Puan Maharani putri Megawati punya channel komunikasi khusus ke Prabowo. Bukan sesuatu yang aneh karena sebelumnya Prabowo bersama Gerindra pernah berada satu kubu ketika Megawati-Prabowo maju Pilpres 2009.
Pilpres yang menyakitkan bagi Mega tersebab  ini adalah kali kedua kekalahannya melawan mantan anak buah sendiri, SBY. Bertahun-tahun Mega ngambek karena itu sejak Pilpres 2004 silam.