Momentum kebersamaan Jokowi-Prabowo dalam satu pelukan bersama Hanifan di Padepokan Silat TMII bukanlah peristiwa biasa.
Kehadiran JK, Megawati, dan Puan adalah penanda settingan momentum yang digagas Syafruddin, Chief de Mission Asian Games 2018, tersebut. Bukan perkara mudah mempertemukan orang-orang penting dalam satu acara tanpa urgensi dan kepentingan tertentu.
Beruntung peluang itu muncul ketika Indonesia sukses mendulang emas dari cabor silat Asian Games 2018. Prabowo adalah pembina dunia persilatan Indonesia, jadi ada cukup alasan Prabowo menjenguk ke padepokan di mana laga silat Asian Games digelar.
Cabor berkuda juga barangkali bisa dihadiri Prabowo, tetapi prestasinya tidak sebagus silat.
Peristiwa kehadiran Prabowo di antara orang-orang dari kubu pemerintahan saat ini bukanlah peristiwa baru.
Ada jejak cukup panjang yang menandai kolaborasi Prabowo dan Gerindra dengan kubu Jokowi dan partainya, PDIP. Beberapa persamaan kepentingan dari dua partai ini terlalu penting untuk diabaikan.
PDIP dan Gerindra adalah partai paling sukses dalam Pemilu 2014
Meskipun gagal meraih  kursi  kepresidenan, prestasi Gerindra sebenarnya cukup spektakuler. Dalam Pemilihan Legislatif, Gerindra bersama PDIP dan Nasdem adalah trio partai tersukses Pemilu 2014.
PDIP sukses menggeser Golkar dan menempati peringkat teratas perolehan suara dengan penambahan  15 kursi di DPR. Sedangkan Gerindra walaupun cukup puas dengan "medali perunggu" di urutan ketiga tetapi capaiannya luar biasa. Gerindra menambah jatah kursi di DPR sebanyak 47 kursi!
Akan halnya Nasdem, memang posisinya berada jauh di bawah PDIP dan Gerindra. Tetapi partai  milik Surya Paloh ini sukses menjalani debutnya dalam pemilu legislatif dengan menyabet 35 kursi di gedung kura-kura.
Siapakah yang terdegradasi di Pemilu 2014, penyumbang kursi bagi partai pemenang?