Pengorbanan apa yang diberikan Gerindra sehingga bisa memperoleh double tickets di pilpres nanti? Sangat mungkin jawabannya: nyaris tidak ada. Gerindra bisa menggunakan kekuatan brand seperti dalam dunia bisnis, menjual nama besar sebagai pusat kekuatan oposisi saat ini.
Untuk memahaminya, kita bisa ambil beberapa pilihan untuk melihat pilpres dari sisi yang berbeda.
Pertama, pilpres adalah kesempatan untuk mengabdikan diri, kelompok, atau golongan untuk kepentingan negara, Â nusa dan bangsa. Normatif.
Kedua, dalam sudut pandang ekonomi  pragmatis, pilpres adalah kesempatan untuk memenangkan kekuasaan  "mengelola"  duit  APBN yang besarnya sekitar 2000 triliun/tahun!
Jangankan 1 triliun, ongkos 10 triliun pun rasanya masih cukup kecil dibanding  APBN yang sebanyak itu. Dan kabar baiknya, cukup  banyak  "tawaran" modal  logistik yang datang dengan sukarela, jadi tidak perlu keluar duit sendiri.
Perbandingan yang kekinian mungkin bisa membantu, cerita Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti yang mau "ditabok" duit 5 triliun agar (justru)  tidak berlelah-lelah lagi  bekerja mengurusi udang dan kepiting!
Bisa anda bayangkan, jika untuk posisi menteri saja nilainya sampai 5000 M, apalagi nilai kursi seorang kepala negara. Satu T itu receh.
Teka-teki kekayaan Sandiaga
Pada saat mengikuti Pilgub DKI 2017, Sandiaga Uno melaporkan kekayaan pribadi sebesar Rp 3.8 triliun  dan USD 10 juta. Sedangkan dalam Pilpres 2019 nanti, sebagai cawapres,  Sandi melaporkan kekayaannya dalam jumlah yang sangat  fantastis: Rp 5 triliun!
Jangan anda tambahkan lagi dengan isu duit 1 triliun buat duo PKS-PAN, please! Nanti bisa pusing kepala Uno.