Unicorn adalah binatang legenda yang unik, wujudnya menyerupai kuda bertanduk satu.  Di era ekonomi digital saat ini, yang dimaksud unicorn adalah bisnis rintisan atau startup yang  nilai  investasinya  di atas  1 milyar USD atau sekitar  Rp 14 triliun.
Jumlah startup di Indonesia saat ini cukup banyak. Peringkatnya pun tidak kalah dari negara  lain di Asia bahkan dunia, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Dengan jumlah 1.705 usaha rintisan, Indonesia menempati  posisi keempat  setelah Amerika Serikat (28.794startup) , India (4.713startup), dan Inggris (2.971startup).
Selain unggul dari segi kuantitas, mutu startup merah putih juga membanggakan. Indikatornya, tercatat saat ini ada 4 unicorn di Indonesia. Â Mereka adalah Go-jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Â Terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
 Ekonomi digital Rp 1.700 triliun
Jika nilai investasi unicorn yang belasan triliun rupiah, tentu potensi perolehan keuntungannya juga tidak main-main.
Target terdekat Menkominfo Rudiantara di tahun 2020 adalah lahirnya 44 unicorn baru. Itu berarti valuasi  investasi sekitar Rp 594 triliun dengan kurs 1 USD = Rp 13,500. Lalu darimana angka 44 itu asalnya? Angka 44 diperoleh dari seleksi terhadap kurang lebih 4% populasi startup saat ini, sedangkan angka 4% merupakan  rasio keberhasilan startup di dunia pada tahun 2017.
Total proyeksi nilai ekonomi digital  Kominfo sendiri di tahun 2020 sekitar  Rp 1.700 triliun atau 20% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Luar biasa nilainya bagi perekonomian kita. Melihat potensi pertumbuhan startup yang ada saat ini, rasanya bukan hal mustahil bagi kita untuk mencapainya.
Walaupun  proyeksi investasi dan keuntungan ekonomi digital sangat besar, permasalahan yang kita hadapi juga tidak kecil. Masalah yang berkaitan dengan ekonomi digital antara lain adalah sumber daya manusia(SDM), infrastruktur, logistik, serta birokrasi dan regulasi.
Dari berbagai permasalahan di atas, masalah SDM adalah yang utama.  Dalam hal ini adalah SDM yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi dan ilmu komputer (computer science) misalnya developer, programmer, cyber security, graphic designer, web content writer. Hasil investigasi Tempo.co, ranking kemampuan digital kita ada di posisi 59. Nomor empat di ASEAN setelah  Singapura (1), Malaysia (24), dan Thailand (41).
Ekonomi digital tentu sangat tergantung kelangsungan hidupnya pada  mereka yang melek teknologi digital. Tidak heran jika Indonesia saat ini harus mengimpor tenaga profesional  di bidang ITterutama dari India.
MOOC, solusi jangka pendek atas kelangkaan tenaga IT