Selanjutnya, atom-atom karbon dalam intan didorong keluar oleh pancaran elektron berenergi tinggi. Ruang-ruang yang ditinggalkan atom-atom karbon disebut vacancies atau lowongan.
Setelah itu, intan dipanaskan sehingga memungkinkan atom-atom nitrogen mengisi vacancies, dan menjadi suatu kecacatan pada intan yang disebut Nitrogen-Vacancies (NV) Defect Centre.
Tahap berikutnya, intan yang sudah "cacat" itu ditempatkan dalam cincin safir. Tujuannya adalah untuk memusatkan  gelombang mikronya pada saat disinari oleh laser berwarna hijau. Dengan penyinaran laser hijau  tersebut lalu terbentuklah maser yang terpancar secara kontinyu.
Para peneliti berharap penemuan  maser pada suhu ruang ini dapat membuka jalan untuk penggunaan lain yang bermanfaat. Penerapan maser secara praktis misalnya dalam bidang medis, scanning di bandara, deteksi bahan peledak, teknologi komputer kuantum, hingga memperbarui metode komunikasi luar angkasa. ***
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H