Mohon tunggu...
Agung Fath Pratama
Agung Fath Pratama Mohon Tunggu... Penulis - tholabul Ilmi

seorang musafir yang sedang transit di dunia, menuju kampung halaman ( akhirat )

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenikmatan yang Menipu

10 Januari 2024   06:35 Diperbarui: 10 Januari 2024   06:36 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barang siapa yang berfikir dalam-dalam dan seksama tentang akhir kehidupan dunia, ia akan senantiasa waspada. barang siapa yang yakin akan betapa panjangnya jalan yang akan ditempuh, maka ia akan menyiapkan bekal sebaik-baiknya. alangkah anehnya manusia yang yakin akan sesuatu, namun ia melupakannya. dan betapa anehnya mereka yang mengetahui bahaya sesuatu, namun ia juga menutup mata! 

Allah SWT berfirman " Engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak untuk engkau takuti " (QS. Al ahzab: 37 )

Anda tahu bahwa anda dikalahkan oleh hawa nafsu anda dan Anda tahu bahwa anda tak sanggup menakhlukannya. Alangkah anehnya jika anda merasa gembira dengan ketertipuan anda dan larut dalam kealpaan terhadap hal yang tersembunyi didalam diri anda. Anda terperdaya oleh kesehatan anda, Namun anda lupa betapa dekat penyakit dengan diri anda.

Telah anda saksikan dengan mata kepala sendiri tempat pembaringan akhir anda. Dan telah ditampakkan ke hadapan anda ranjang-ranjang kematian oleh orang-orang yang ada disekitar anda. Sungguh anda telah tenggelam dan hanyut dalam kelezatan-kelezatan duniawi, sehingga anda melupakan kehancuran diri anda sendiri.

Engkau laksana tiada mendengar kabar mereka yang telah berlalu

Tiada pula engkau melihat waktu memperlakukan teman-temanmu

Jika engkau tak sadar bahwa itulah rumah-rumah mereka yang abadi

Kubur-kubur mereka lenyap diterpa angin yang menderu

Betapa banyaknya, anda lihat, para penghuni yang tak pernah memasuki rumahnya sendiri, sebelum mereka dipaksa memasukinya!

betapa banyaknya pemilik singgasana yang terusir oleh musuh-musuh yang kemudian menguasai istananya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun