Mohon tunggu...
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang tak kunjung pintar, bisanya hanya membanggakan nusantara lama.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ancaman Impor Air

3 Mei 2015   19:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?" ( QS. Al Mulk ayat 30 )

Ayat di atas merupakan peringatan dari Allah bagaimana pentingnya pelestarian sumber daya air yang dilandasi akan rasa keimanan dan pengabdian kepada Allah SWT. Dan seperti kita ketahui saat ini bahwa Indonesia, keberadaan sumber daya air nya terancam hilang dikarenakan perilaku manusianya yang sudah sangat kelewatan, seenaknya sendiri, sangat boros dan mengabaikan perilaku-perilaku yang mampu menjaga keberadaan sumber daya air yang bersih dan dapat di manfaatkan.
Seperti di kutip dari Harian Tempo tanggal 28 Agustus 2013 menurut Direktur Bina Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan Haryadi Himawan mengatakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa rusak. Antara lain DAS Citarum, DAS Bengawan Solo, dan DAS Brantas. Kondisi ini bakal berdampak pada merosotnya ketersedian air yang dibutuhkan masyarakat khususnya yang bertempat tinggal di tepian sungai dan masyarakat pada umumnya. "Kalau DAS tidak ditangani secara bagus, maka akan terjadi defisit air di Jawa dalam waktu sepuluh tahun ke depan," kata dia di sela Seminar Penyelamatan Hutan Jawa yang diselenggarakan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogjakarta di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhutani Madiun pada Hari Selasa tanggal 27 Agustus 2013.
Ya dari seminar tersebut dapat kita simpulkan kita akan mengalami ancaman serius yaitu kekurangan sumber air dan pada akhirnya bisa melakukan impor air jika tidak ada perubahan perilaku yang lebih ramah terhadap alam lingkungan. Maka bisa dibayangkan di negeri Indonesia ini apa-apa kita serba impor padahal Allah SWT telah menganugerahkan modal alam kepada kita yang luar biasa namun hanya kedunguan dan keangkuhan kita saja segala modal alam tersebut terbuang buang sia-sia. Apa itu bukankah suatu perbuatan kufur nikmat ?

Sayangnya para kepala daerah dan wakil rakyat kurang peduli mengurus persoalan itu. Alasannya, problematika itu tidak menjadi isu menarik untuk menggaet warga untuk memenangkan calon pimpinan daerah di dalam pemilihan umum. Di era politik pendekatannya adalah daerah pemilihan dan jumlah suara bukan kepetingan Daerah Aliran sungai, bukan pula kepentingan daerah hutan-hutan yang terpencil yang perlu dilindungi dan bukan juga daerah-daerah ladang yang terancam kekurangan sumber daya air khususnya air. Yang terpenting mengantongi suara terbanyak dan menjadi penguasa sedangkan permasalahan sumber daya alam dan lingkungan itu lain persoalan. Dalam artian itu tidak perlu di urus. Adanya sifat seperti ini adalah menggambarkan betapa dungunya dan bodohnya kita dalam membina hubungan dengan alam. Dan perilaku ini pula akan menjadi barometer bahwa masyarakat yang di pimpinnya tidak jauh berbeda dengan yang watak yang memimpin.
Sudah lengkaplah perilaku kita yang konon beriman dan beragama namun dalam menjaga segala ciptaan Allah berperilaku ceroboh dan seenaknya sendiri. Tidak memikirkan akibatnya kelak. Permasalahan sumber daya air tidak hanya menjadi permasalahan pemerintah saja namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat dan para pelaku Industri. Lihatlah para masyarakat yang dengan gampangnya sungai di buat sebagai tempat membuang sampah padahal di derah hilirnya air sungai tersebut di manfaatkan untuk di gunakan sebagai air PDAM. Dan renungkanlah pula mengapa banyak industri besar mendirikan pabriknya di dekat sungai. Pertimbangan tersebut di gunakan untuk agar mudah mendapatkan air dan mudah membuang limbah. Pertimbangan ekonomi kapitalis akan selalu menjadi pertimbangan utama di zaman industrialis dan serba materialism. Sungguh sangat zalim nya perbuatan ini. Diambil enaknya saja tanpa memikirkan akibat yang di tanggung anak cucu kita.
Untuk menanggulangi impor air menjadi kenyataan, maka diperlukan aturan-aturan yang mendesak kepala daerah yang dilalui DAS agar kepala daerah yang di tepian DAS terlibat langsung mengatasinya. Mengapa yang di utamakan daerah aliran sungai? Karena sebagian besar penduduk Jawa pada khsusunya mereka bermukim dan berkegiatan di daerah aliran sungai. Upaya itu bertujuan memetakan titik-titik lahan kritis yang perlu direhabilitasi dengan cara penanaman pohon produktif buat masyarakat dan bermanfaat buat lingkungan hidup. Dengan begitu, perekonomian masyarakat di daerah prioritas penanganan DAS bisa ikut ditingkatkan tanpa perlu melakukan perusakan alam. Salah satu contoh adalah penanaman bambu di sekitar aliran sungai maupun rumput gajah yang ketika sudah memasuki usia tua bisa di gunakan sebagai pakan ternak.
Tindakan tegas juga harus di lakukan kepada mereka yang membuang limbah dan sampah ke sungai tanpa pandang bulu yang konon budaya membuang sampah ke sungai adalah budaya warisan VOC, yang pada Tahun 1630 Gubernur Jendral VOC Jacques Specx saat itu mengeluarkan aturan memperbolehkan membuang sampah di sungai setelah diatas jam 9 malam. Sungguh suatu budaya yang seharusnya patut tidak diteruskan. Namun karena memang virus lemah, malas dan latah telah menjangkit banyak masyarakat kita maka budaya sejelek apapun akan tampak baik dengan argumen beri ribu alasan. Maka sebelum sungai itu kering dan sebelum sumber mata air kering ada baiknya kita bisa mencegahnya, tidak perlu dalam skala besar bisa kita mulai dari rumah tangga kita dengan tidak membuang sampah apapun baik itu ke selokan dan sungai serta giat ada baiknya dalam menanam daerah bantaran sungai dalam rangka pengabdian dan penghambaan kepada Allah SWT. Bagaimanpun sungai-sungai saat ini yang ada merupakan sumber air utama khususnya di daerah perkotaan. Semoga dengan perbuatan yang ringan dan sederhana ini Allah SWT masih berkenan menyelamatkan bangsa ini dari ancaman kekurangan air.Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun